Diskusi Tentang “Bagaimana Cara Membangun Sebuah Startup?”


Tergelitik dengan perkembangan komunitas #startupLokal yang cukup pesat, saya kembali berpikir kira-kira apa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin membangun sebuah startup. Dengan dasar tersebut saya kembali melemparkan sebuah pertanyaan di profil Facebook saya tentang apa yang harus disiapkan untuk membangun sebuah startup dan langkah-langkah awal apa saja yang perlu dilakukan.

Kali ini yang berapartisipasi dalam menjawab pertanyaan tersebut adalah Rama Mamuaya dari DailySocial, Natali Ardianto dari Golfnesia, Batista Harahap dari Urbanesia, Sanny Gaddafi dari Fupei, Novistiar Rustandi dari Autosally, Ronald Widha dari TemanMacet, Arham Haryadi dari Road-Entrepreneur, dan Kristiono Setyadi dari United Coders. Berikut adalah pendapat-pendapat dari mereka:

Rama Mamuaya

A co-founder would be good, meskipun gak wajib. Palingan ya killer idea + determination to get the job done.

Batista Harahap

Setuju sama rama. Co-founder/partner sangat crucial di luar ide dan eksekusinya.

Ronald Widha

I have no idea. The other folks yang udah jadi serial enterpreneur pasti punya jawaban-jawaban bagus. But if I were to start something, I would start by answering some -if not all- of these questions: http://thestartuptoolkit.com/new/

Sanny Gaddafi

Perencanaan yang matang dan langsung dipublish dengan limited user ;)

Arham Haryadi

Yang pasti konsep karena ini modalnya. Tapi yang TERPENTING adalah MENTAL….

Natali Ardianto

Startup = UKM for IT = Business. So it’s a total hypocrisy if startups are not thinking of making money. Startup yang dibuat tanpa memikirkan aspek bisnisnya hanyalah sebuah hobi, bukan startup. Jadi para startups harus sudah memulai memikirkan cara monetisasinya. Ngga melulu banner etc. Funding dari investor juga termasuk monetisasi, tapi masalahnya how are you gonna get back to the investor. Tapi funding dari investor pun harus memberi keuntungan ke investor bukan? Kalau investor ngga mencari keuntungan namanya philanthropist.

Yang ngga setuju dgn tulisan saya diatas bisa baca ini :) http://37signals.com/svn/posts/997-start-a-business-not-a-startup

Novistiar Rustandi

Mungkin satu lagi yang belum disebut adalah kita harus siap untuk fokus dengan startup kita itu. Misalnya, yang mempunyai pekerjaan tetap harus siap-siap melepaskan pekerjaannya. Ini memang susah, saya sendiri masih tetap kerja full-time supaya dapur tetap mengebul (makanya menurut saya hasilnya belum maksimal). Tetapi pertanyaan ini yang selalu ditanya oleh mentor dan investor, are you working full time on your startup? Terlebih-lebih kalau kita mencari investor, mereka tidak akan invest kalo kita ngga full-time. YCombinator dan incubators lain mengharuskan founders yang keterima diprogram mereka untuk berhenti dari pekerjaan lain dan 125% focus on startup mereka.

Tambahan lagi, kita juga harus tahu kapan harus berhenti. Tujuannya jelas, supaya kita ngga buang waktu dan tenaga untuk sesuatu yang ternyata tidak ada potensinya. Terakhir, seperti yang Rama bilang, mencari co-founder cukup penting. Nah, kalo sudah ketemu, harus dibicarakan didepan perjanjiannya dengan jelas, kalau bisa hitam diatas putih.

Menarik bukan masukan-masukan dari mereka? Nah, saya juga mengajak para pembaca untuk menyampaikan pendapat kalian di kolom komentar. Sesama penggelut dunia startup memang harus saling share pemikiran mereka demi memajukan startup lokal hehe.