Interview Dengan Ronald Widha Dari TemanMacet.com


Ronald Widha
Ronald Widha

Sudah lama saya jadi fans Teman Macet, sebuah web podcast tentang programming dan industri informatika. Teman Macet didirikan oleh Ronald Widha, seorang programmer yang saat ini sedang bekerja di Dubai, Uni Emirat Arab. Dengan dorongan besar atas ketertarikan saya tentang Teman Macet, saya mengajak Ronald untuk saya interview dan dishare di TeknoJurnal mengenai Teman Macet dan Ronald sendiri.

Sekarang Ronald sedang sibuk dengan kerjaan apa?

Saya saat ini sedang bekerja untuk Infusion Development, perusahaan yang aslinya berasal dari New York. Saya kebetulan sedang ditempatkan di salah satu kantor terbaru kita di Dubai, Uni Emirat Arab. Saya seorang team lead, yang berarti campur aduk antara teknikal dan manajemen. Fokus perusahaannya lebih ke teknologi terbaru dari Microsoft Stack, tapi sekarang juga mulai menilik pasar Apple iOS untuk produk yang dikonsumsi langsung oleh publik.

Ronald apa sebelumnya pernah kerja di Indonesia atau langsung ke Dubai?

Sebelum tinggal di Dubai, saya sempat tinggal hampir 10 tahun di Australia. Setelah menyelesaikan universitas lanjut kerja di beberapa perusahaan; dari perusahaan design, enterprise dan kemudian yang terakhir salah satu .com terbesar di Australia. Jadi sudah cukup lama lepas dari perkembangan teknologi Indonesia. Semenjak tinggal di Dubai, rasa kerinduan ini semakin besar. Mulai merambah blogosphere Indonesia dimulai dengan gak sengaja menemukan Koprol. Akhirnya ketemu DailySocial dan Navinot. Dari situ mulai deh fasinasi saya sama teknologi industri Indonesia. Dan lahirlah Teman Macet.

Ronald bisa jelasin apa sih Teman Macet itu? Siapa tau masih ada yang belum kenal Teman Macet

Teman Macet ini sebenernya suatu entitas yang masih berevolusi. Ide awalnya adalah sebuah audio podcast network. Sebuah wadah untuk menaruh potongan pembicaraan mengenai teknologi industri Indonesia. Jadi mirip sama IT Conversations mungkin. Proses perekrutan interest untuk mem-produksi konten ternyata tidak sebesar yang aku duga. Mungkin karena barrier of entry yang cukup tinggi untuk menghasilkan sebuah rekaman. Akhirnya Teman Macet menjadi kanal untuk tempat saya meng-“interogasi” teman-teman Indonesia lain untuk berbagi cerita, pengalaman dan paling penting ilmu yang ada hubungannya dengan Teknologi.

Bentuk medianya adalah mp3. Setiap minggu kita mengeluarkan 1 episode yang kurang lebih 30 menit. Biasanya saya, terkadang ditemani oleh co-host satunya, Ariya Hidayat, berbicara dengan seorang nara sumber. Bentuk Teman Macet mungkin bakal masih terus berubah. Kita liat aja nanti.

Visi dan misi Ronald tentang Teman Macet ini apa?

Simple koq: wadah berbagi ilmu. Daripada ilmu dan pengalaman disimpen sendiri, mending dibagi.

Nama Teman Macet sendiri mungkin juga bisa memberikan satu dimensi tersendiri. Proses belajar kita sebagai pengurut elektron ini kan seringnya insidental, kayaknya oke banget kalo bisa diekspos ke teman-teman lain secara osmosis. Mengubah kegiatan yang tadinya nge-“buang” waktu menjadi lebih produktif. Mau sambil nyetrika, sambil jogging, sambil coding, atau sambil kejebak macet. Tipikal pikiran programmer: Teman Macet ini sebenernya mau memecahkan masalah optimisasi waktu!

Sekarang ini, pendengar Teman Macet mayoritas dari kalangan mana aja?

Segmentasi market teman macet itu lumayan niche. Intinya programmer dan pemerhati/entusias TI Indonesia deh.

Ini tapi adalah salah satu masalah yang dimiliki kita sebagai sebuah Podcast. Podcast sendiri adalah sebuah teknologi yang aku rasa cukup fleksibel tapi juga primitif. Kombinasi 2 karakter ini mengakibatkan menjadi agak sulit untuk menganalisa apakah pendengarnya benar seperti apa yang aku pikirkan. Setiap orang bisa mengkonsumsi Teman Macet dengan cara yang berbeda. Ada yang pake iTunes, RSS reader, ke website langsung, dsb.

Tapi sepertinya audiens-nya sekarang makin lebar, mencakup para startup enthusiast dan mahasiswa.

Aku belum yakin apakah pelebaran segmentasi market ini sesuatu yang baik untuk Teman Macet. Aku tidak ingin Teman Macet kehilangan fokus. Tapi pada saat yang bersamaan Teman Macet tidak akan bisa bertahan kalo komunitasnya tidak berkembang.

Di belakang Teman Macet itu ada siapa saja? Apa cuma Ronald sendiri?

Soal siapa di belakang Teman Macet…banyak orang!

Aku selama ini mendapatkan ide dan nara sumber dari para pendengar Teman Macet sendiri. Tanpa komunitas ini, aku bener-bener tidak bisa menghasilkan apa-apa.

Untuk hosting acara saat ini cuma ada Ariya Hidayat dan aku sendiri. Tapi aku sering rutin menarik tamu-tamu tertentu seperti Ari Awan, Henry Luk, Ifnu Bima dan Zeddy Iskandar.

Untuk editing dan preparasi konten, sayangnya masih sendirian. Kalo ada yang tertarik mau bantu silahkan hubungi aku.

Pas awal-awal ngebuat Teman Macet, kendala terbesar Ronald apa?

Awal-awal justru gak banyak kendala. Nothing to lose kan. Website seadanya, rekaman seadanya. Aku ingin prosesnya se-friction free mungkin. Dan aku kayaknya lumayan berhasil achieve itu.

Begitu sudah mulai dikenal, masalah utama adalah konsistensi. Gimana caranya supaya bisa tetap nguarin episode-episode secara rutin di samping kesibukan sebagai seorang suami, geek dan karyawan (notice urutannya…hehe). Apalagi sebentar lagi ada role baru, yaitu ayah. But I’m excited and optimistic, for all those different aspects of my life. Life’s good :)

Ronald sebelum ada Teman Macet memang aktif menjadi speaker/interviewer ya, soalnya kayaknya lancar banget ngomong sama orang di podcast? Biasanya kan gambaran umum programmer kebanyakan banyak yang susah ngomong

Aku justru malah menganggap sebaliknya. Aku sempet dapat kritik keras dari pendengar Teman Macet tentang bagaimana aku harus lebih belajar banyak dari sisi presentasi dan jurnalistiknya. Aku masih harus banyak belajar tentang pengungkapan topik, teknik interview, cara pengucapan yang baik dsb.

Untuk masalah lancar, kayaknya selama topiknya dekat di hati, pasti jadinya lancar. Kalo ngomongin soal sepak bola pasti langsung gelagapan gak ngerti apa-apa.

Mungkin juga karena aku memposisikan diri aku tulus sebagai seseorang yang mau belajar, Teman Macet ini tidak dimonetisasikan. Jadi untuk sisi egoisnya, aku menggunakan podcast ini untuk belajar. Daripada baca buku, ya tanya aja langsung sama yang udah jago. Nanti kalo mo ngomongin soal Activity lagi kan bisa tau siapa yang musti ditanya ;)

Apa dalam waktu dekat Ronald punya rencana spesial untuk Teman Macet?

Setiap episode selalu spesial koq :) . Tapi long term planningnya masih belum jelas. Aku kepikiran beberapa ide:

1. Dari sisi pembentukan komunitas. Aku masih mencari approach yang pas. Aku ingin berkembang tanpa menghilangkan esensi Teman Macet dan terkesan selling out.

2. Aku pengen lebih nekanin ke 2 topik utama: teknologi baru dan pengamatan. Untuk teknologi baru, ini selalu challenging. Karena pasti kita semua masih banyak harus belajar. Tapi semoga kita bisa mempercepat iterasi proses belajar kita dengan sharing early, dan getting feedback early. Untuk pengamatan, liat episode teman macet no. 50 nanti. Panelnya besar, dari Selina Limman, Ari Awan, Rama Mamuaya dan Zeddy Iskandar di episode yang sama. Rame!

3. Aku ingin mengembangkan Teman Macet lebih menjadi network. Aku sedang proses ngobrol sama teman-teman Fowab dan Bancakan untuk membantu nge-host materi-materi audio hasil rekaman acara-acara mereka. Semoga kesampean.

Kenapa podcast-podcast lokal masih dikit ya dibandingin sama podcast di luar negeri, apa karena minatnya kurang?

For most part, demand drives supply. Dengan bandwidth yang masi miris, dan penggunaan portable mp3 player masih belum merata, demand untuk konten audio masih kurang. Blog works perfectly karena bisa dikonsumsi sembari kerja, di mobile dsb. Untuk audio, Indonesia masih punya inherent challenges.

Kalo dibalik pertanyaannya, kenapa Teman Macet itu bentuknya audio podcast, bukan blog, atau bukan video? Itu sebenernya gara-gara egois. Aku ngerasa bikin audio itu paling friction-free. Gak usah nulis, gak usah spell check, ngobrol dan rekam. That’s it. Walau nyatanya ternyata ada embel-embel edit, mixing dsb. haha

Kalo 2 halangan itu gak terpecahkan, masa depan audio podcast di Indonesia gak akan berkembang. Tapi sisi optimisnya, podcast kan cuma medium. Yang penting kontennya. Gak menutup kemungkinan Teman Macet akan lahir lagi nantinya sebagai video di youtube kayak teman-teman yang lain. Ongkos hosting-nya gak scale, apalagi Teman Macet podcast gratisan.

Menurut Ronald, pergerakan komunitas IT di indonesia sekarang menunjukkan perkembangan yang signifikan gak?

Untuk menjawab pertanyaan itu aku butuh tahu keadaan sekarang dan keadaan yang dulu sebagai base line. Agak susah considering aku gak tinggal dan gak hidup di komunitas itu.

Kalo melihat dari sisi saat ini saja…. aku ngerasa komunitasnya sangat sehat. Terbukti dari banyaknya komunitas dan sumber informasi yang tersedia baik online maupun offline. Bakal dan butuh ada proses darwinism. Survival of the most useful :)


Itulah hasil interviewnya. Jawaban Ronald panjang-panjang dan berbobot, pas sepertinya dengan background Ronald sebagai podcaster hehe. Nodong orang buat di-interview enak juga ternyata hehe, tunggu saja orang berikutnya yang akan saya todong buat diinterview di TeknoJurnal hehe :D atau ada yang mau saya interview di TeknoJurnal? Isi aja di form kontak.