Perkembangan Ring Back Tone di Indonesia (VAS Sejuta Umat)


Nada Sambung Pribadi (NSP) atau biasa dikenal juga dengan istilah Ring Back Tone (RBT) merupakan layanan VAS (Value Added Service) yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Layanan ini mulai naik daun di kisaran tahun 2007. Dan, uniknya layanan RBT ini harus dibayar oleh pelanggan telepon selular tanpa bisa didengarkan sendiri dan malah pihak pemanggil yang justru menikmati suara dari nada sambung tersebut. Selain digemari ternyata RBT meberikan keuntungan tersendiri bagi dunia telekomunikasi maupun industri musik di Indonesia.

Hingga saat ini jumlah rata-rata pengakses layanan RBT dalam satu bulan mencapai 7.000 nomor pelanggan. Jumlah ini diperkirakan akan terus naik karena didukung oleh makin dinamis dan bervariasinya musik di Indonesia, mulai dari musik dalam negeri hingga musik mancanegara.

Telkomsel sebagai salah satu operator telekomunikasi terbesar di Indonesia tercatat sudah memiliki kira-kira 6,25 juta pengguna RBT hingga saat ini. Jumlah ini naik 25% dari jumlah tahun lalu. Sebuah peningkatan yang cukup besar dan boleh dibilang memiliki kontribusi tersendiri untuk pendapatan konten Telkomsel. RBT sendiri berhasil menyumbang 20% dari total pendapatan konten mereka.

Jika saya bilang layanan RBT ini banyak memberikan profit untuk dunia telekomunikasi dan industri musik, hal itu memang benar adanya. Bisa kita mulai lihat dari penerapan sistem bagi hasil 45%:55% dengan porsi terbesar untuk penyedia konten (walaupun pembagian ini memang masih dirasa kurang untuk beberapa pihak). Hingga saat ini sudah ada kurang lebih 80-an label musik baik dari major label ataupun indie label yang ikut berpartisipasi dalam layanan RBT ini.

Sebuah bisnis digital yang mengandalkan konten yang dinamis dan variatif serta dapat masuk ke semua level masayarakat menjadikan bisnis RBT ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat terus eksis dan menggali keuntungan tentunya.