Platform Mobile : Yang Hidup Dan Yang Mati


Berbicara mengenai mobile platform, kita mengenal 2 platform yang sukses mendominasi pasar dunia yaitu, iOS dan Android. Selain kedua platform tersebut, tentunya masih banyak lagi platform mobile lainnya di dunia. Sayangnya dari banyaknya platform yang hadir, tingkat kegagalan dari sebuah platform mobile terbilang cukup tinggi. Ada lebih dari 25 platform mobile yang “wafat” ditengah jalan ataupun terlantar karena gagal bersaing dengan iOS dan Android.

Di tahun lalu (2011) bisa dibilang merupakan awal masa keemasan dari platform mobile dunia. Mulai dari iOS, Android, Windows Mobile, Symbian, Brew, MeeGo, WebOS, LiMo, BlackBerry OS, dan lain sebagainya muncul kepermukaan menggandeng developer global hingga lokal untuk bisa berpartisipasi membuat produk diatas platform mereka. Tidak hanya mengajak untuk berpartisipasi, tetapi mereka juga menawarkan keuntungan dan kanal monetasi bagi para developer.

Tetapi sayangnya seperti yang sudah dituliskan, tidak semuanya berhasil dan mampu bersaing. Tidak banyak juga yang sudah memiliki nama besar tapi akhirnya menyerah untuk bisa bersaing dengan platform sekelas Android maupun iOS. Berikut adalah daftar dari platform platform yang akhirnya “mati” atau terbengkalai (tidak hidup tapi juga tidak dimatikan).

Kebanyakan platform tersebut memang sudah disiapkan untuk proses kerjasama dengan vendor handset perangkat mobile (OEMs). Revenue stream utama yang kebanyakan dipilih adalah menjual lisensi per handset ke OEMs.

Jika kita analisa lebih dalam lagi, platform mobile yang sukses seperti iOS, Android, hingga Windows Phone, dimulai dari produk yang “bukan” di bidang mobile. Apple dengan iOS muncul setelah Apple sukses di bidang Personal Computer (PC). Sama juga halnya dengan Microsoft, yang sebelumnya menguasai pasar PC baru menuju pasar mobile dengan platform Windows Mobile hingga WindowsPhone-nya. Kemudian ada Google dengan Android-nya yang meraih sukses terlebih dahulu di industri internet dunia. Para pemain besar ini sudah memiliki ekosistem mereka sendiri dibidang lainnya, kemudian baru melakukan ekspansi, pengembangan dan integrasi ke platform mobile. Dan terbukti mereka bisa bertahan dan meraih sukses di industri platform mobile dunia.

Hal ini juga mengingatkan saya tentang kerja sama Nokia dan Microsoft. Dimana kita tau Nokia menjadi salah satu raja di industri handphone dan smartphone dunia dan Microsoft sangat kuat di pasar PC. Dan pada waktu itu, keduanya sedang dalam posisi yang kurang bagus jika dilihat dari sisi perkembangan platform mobile mereka. Dengan kerjasama ini mereka bisa melakukan integrasi yang lebih dalam lagi antara platform dan juga ekosistem yang terintegrasi dengan industri lain dibelakangnya (dalam hal ini PC).

Tapi akan berbeda jika kita berbicara soal industri mobile untuk kategori low-end. Android, WindowsPhone maupun iOS nampaknya tidak menyasar demografi kalangan low-end saat ini. Bahkan di Indonesia yang notabene memiliki pasar mid-end dan low-end yang sangat besar, ekosistem dan integrasi mereka dengan produk di luar mobile (Internet & PC), malah menyulitkan proses pembelajaran pengguna mid-end hingga low-end. Dampak menarik yang ditimbulkan adalah,  platform-platform yang tidak terintegrasi dengan produk lainnya menjadi cukup populer dan sukses di Indonesia (dan negara negara sejenis). Sebut saja Platform Nokia S40, Brew hingga MTK sangat bisa berbuat banyak di negara negara dengan demografi mayoritasnya berada di kategori low-end dan kategori pengguna baru.

Hal hal inilah yang membuat industri mobile menjadi semakin menarik dari hari kehari, sehingga persaingan pun semakin bervariasi. Untuk para pengembang aplikasi mobile, hal ini juga merupakan keuntungan tersendiri, karena pasar semakin luas dan dampak positifnya masih banyak sekali kanal monetasi yang bisa dipilih dan dieksplor lebih jauh lagi.