Developer

5 Board IoT Alternatif Pengganti Raspberry Pi

[Sumber: Wikimedia

Bagi sebagian maker, Raspberry Pi merupakan sebuah board utama yang digunakan pada pengembangan teknologi di bidang Internet of Things (IoT). Namun, sebenarnya terdapat board lain yang dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi.

Internet of Things pada dasarnya merupakan sebuah teknologi yang telah berkembang lama, di mana dalam konsep teknologi ini segala sesuatu di dunia dapat terhubung satu dengan yang lainnya. Dan board menjadi hal utama karena berfungsi untuk media penghubung hal-hal tersebut. Akan tetapi tak hanya sekedar board, fitur-fitur seperti Wi-Fi, socket LAN, Bluetooth, atau media koneksi board dengan internet juga sangat penting.

Berdasarkan fitur-fitur ini tentu kita dapat mencari board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi. Terdapat berbagai macam board di dunia ini yang dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi. Berikut ini beberapa board yang dapat digunakan:

Intel Galileo Gen 2

[Sumber: Wikimedia]

Sebagai perusahaan pembuat chip ternama dunia, Intel tentu tidak ingin ketinggalan dalam pengembangan industri Internet of Things. Oleh karena itu, Intel merilis sebuah board pengembangan yang ditujukan untuk para maker di bidang Internet of Things.

Dimulai dengan generasi pertama, Intel Galileo merupakan sebuah board pengembangan yang dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi Pi. Akan tetapi, Gen 1 dari Intel Galileo saat ini sudah sulit untuk ditemukan di pasaran karena Intel telah merilis Gen 2 dengan beberapa peningkatan.

Sedikit berbeda dengan Raspberry Pi yang menggunakan ARM, Intel Galileo merupakan sebuah board yang dikembangkan oleh Intel dengan menggunakan Prosesor Intel Quark yang memiliki arsitektur X86.

Dirancang dengan menggunakan lisensi dari Arduino, Intel Galileo memiliki jumlah dan layout PIN yang sama dengan Arduino, yaitu 14 PIN Digital Input/Output, PIN Output Analog, dan PIN PWM sebagai PIN Analog Input . Bahkan, Intel Galileo dapat diprogram menggunakan Arduino IDE.

Dilengkapi dengan slot Wi-Fi dan Bluetooth, serta slot LAN, Intel Galileo tentu dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi. Harganya lebih mahal dari Raspberry Pi, yaitu  1 sampai 1,2 juta di pasaran Indonesia, akan tetapi lisensi open-source Arduino menjadi daya tarik tersendiri bagi board ini.

Untuk berkenalan lebih lanjut, pembaca dapat mengakses artikel Berkenalan dengan Intel Galileo.

Intel Edison

[Sumber: Flickr

Intel Edison merupakan generasi lanjutan dari Intel Galileo. Kalau Intel Galileo dirancang sebagai board pengembangan, Intel Edison dirancang sebagai board yang dapat diimplementasikan ke dalam industri Internet of Things.

Board ini memiliki ukuran yang sangat kecil tetapi memiliki spesifikasi yang lebih unggul dibandingkan Intel Galileo. Selain sudah tertanam Wi-Fi di dalamnya, Intel Edison juga menawarkan slot LAN melalui breakout  tambahan.

CPU yang digunakan pun sedikit berbeda dengan Intel Galileo, Intel Edison menggunakan CPU Intel Atom X86 CPU dan MCU Intel Quark dengan RAM 1GB dan ROM 4GB. Untuk PIN Input Output, Intel memberikan 70 pin konektor dalam produk ini.

Harganya pun hampir sama dengan harga Intel Galileo di pasaran Indonesia, yaitu sekitar 1,2 jutaan belum termasuk breakout pendukungnya. Sedangkan untuk Intel Edison dengan breakout-nya, produk ini dilabeli dengan harga sekitar 2,8 sampai dengan 3 jutaan.

Untuk berkenalan lebih lanjut, silahkan mengunjungi laman resmi Intel Edison.

ESP8266

[Sumber: Wikimedia

Board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi lainnya adalah ESP8266. Board buatan pengembang Tiongkok, Espressif, merupakan sebuah modul Wi-Fi dengan SoC (System on Chip) yang sudah tertanam di dalamnya. Terdapat beberapa versi pada pengembangan modul ini.

Board ini memiliki ukuran yang sangat kecil, bahkan lebih kecil jika dibandingkan dengan Intel Edison. Akan tetapi untuk jumlah PIN, ESP8266 ini memiliki jumlah yang berbeda-beda tergantung versi yang akan digunakan.

Kelebihan yang diusung oleh ESP8266 adalah board ini dapat digunakan sebagai adhoc access point maupun sebagai klien secara bersamaan. Dengan didukung dengan wireless standar IEEE 802.11 b/g/n, board ini dapat diakses melalui Wi-Fi tanpa memerlukan sistem operasi.

Pemrogramannya pun sangat mudah, para maker dapat menggunakan Arduino IDE, AT Command melalui komunikasi serial UART, atau melalui LUA dengan menggunakan kit dari NodeMCU.

Dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu sekitar 50.000 rupiah untul modul saja atau 75.000 – 100.000 rupiah untuk ESP8266 yang telah ditanam di board NodeMCU. Dengan harga yang relatif murah dan konektivitas yang ditawarkan tentu board ini dapat menjadi board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi.

Untuk berkenalan lebih lanjut, pembaca dapat mengunjungi laman ESP8266 berikut ini.

Arduino / Genuino 101

[Sumber: Flickr]

Perangkat ini merupakan perangkat yang dikembangkan oleh Arduino dengan menggunakan Intel Curie yang memiliki kinerja mumpuni dengan konsumsi low-power. Memiliki dua inti, yaitu Intel Quark X86 dan ARC 32 bit, tentu membuat Curie menjadi lebih kuat.

Selain itu, di dalam board ini juga telah tertanam Bluetooth Low Energi (BLE) dan 6 axis-acceleromater / gyroscope. Jumlah PIN dan artsitektur PIN-nya pun sama dengan yang terdapat pada Arduino UNO sehingga seluruh shield Arduino UNO dapat digunakan pada board tersebut.

Untuk pemrograman, Arduino 101 ini dapat diprogram dengan menggunakan software bawaan dari Arduino, yaitu Arduino IDE. Sedangkan untuk harganya, Arduino 101 ini dilabeli dengan harga sekitar 550.000 rupiah. Untuk berkenalan lebih lanjut, pembaca dapat mengunjungi artikel tutorial Arduino 101.

BeagelBone Black

[Sumber: Flickr]

Sama dengan Raspberry Pi, board ini menggunakan arsitektur ARM Cortex-A8 pada prosesornya. Board ini merupakan platform pengembangan yang dirancang untuk mendukung komunitas developer dan hobbyist.

Tak kalah dengan boardboard sebelumnya, Beagel board juga mendukung konektivitas dengan Internet melalui slot LAN yang ditawarkan. Selain itu, board ini menawarkan hal yang sama dengan Raspberry Pi, yaitu dukungan display melalui socket microHDMI.

BeagleBone Black juga memiliki banyak PIN, yaitu 2×46 PIN yang dapat digunakan. Selain itu, untuk pemrograman, BeagleBone Black mendukung sistem operasi Linux Debian, Android, Linux Ubuntu, Cloud9 IDE pada Node.js dengan BoneScript Library, dan masih banyak lagi.

Di dalam board ini juga telah tertanam 3D graphics accelator serta NEON floating-point accelerator. Board ini dibanderol dengan harga sekitar 900 ribu sampai dengan 1,2 juta rupiah di pasaran Indonesia.

Untuk berkenalan lebih lanjut, pembaca dapat mengakses laman resmi dari BeagleBoard.

~

Demikian beberapa yang dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi. Tidak perlu memilih semua board tersebut. Untuk menggunakannya, sesuaikan dengan kebutuhan, spesifikasi, dan biaya yang dimiliki.

Share
Published by
Sukindar

Recent Posts

Cisco Peringkatkan Kerentanan Kritis Dalam Cisco Data Center Network Manager

Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!

January 7, 2020

Optimal idM Meluncurkan OptimalCloud Partner Platform

Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!

January 6, 2020

Google Siapkan Coral Accelerator Module dan Coral Dev Board Mini untuk Tahun 2020

Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…

January 3, 2020

Google Kembangkan Model Kecerdasan Buatan Untuk Deteksi Kanker Payudara

Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…

January 3, 2020

Google Dorong Fitur Bubbles Notifications Ke Versi Stabil

Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…

December 31, 2019

Samsung Siapkan Lima Proyek dan Empat Startup C-Lab Untuk CES 2020

Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…

December 30, 2019