Teknojurnal – Google merilis kembali sebuah API (Application Programming Interface) miliknya untuk semua pengembang. Kali ini, antarmuka pemrograman yang dikenalkan ke publik tersebut adalah Activity Recognition Transition API.
Pada tahun 2017 lalu, Google sebenarnya telah menerangkan tentang bagaimana cara kerja mode Driving Do Not Disturb yang terdapat pada perangkat Google Pixel 2. Mode Driving Do Not Disturb ini merupakan sebuah fitur cerdas yang dapat membisukan datangnya notifikasi pada saat penggunanya sedang berkendara.
Fitur cerdas ini merupakan salah satu fitur yang dikembangkan berdasarkan Activity Recognition Transition API, yang akan membantu perangkat membedakan kapan kendaraan yang digunakan sedang berjalan ataupun berhenti.
Antarmuka pemrograman aplikasi yang baru saja dirilis oleh Google tersebut dapat bekerja dengan memanfaatkan berbagai macam sensor yang ada dalam perangkat. Data-data yang diperoleh dari sensor kemudian akan diolah dalam beberapa model machine learning.
Dengan menggunakan antarmuka pemrograman ini, para pengembang dapat melakukan kesemua proses tersebut tanpa perlu menghabiskan banyak sumber daya atau daya baterai. Secara spesifik, antarmuka pemrograman ini hanya akan fokus mendeteksi pengguna dalam memulai atau mengakhiri sebuah aktivitas.
Meskipun hanya sekedar mendeteksi aktivitas mulai dan berhenti, hal ini bukan hal yang mudah dilakukan. Google menegaskan hal tersebut bukan permasalahan sederhana, terkhusus dalam kasus berkendara.
Para pengembang harus berpikir lebih jauh untuk menentukan apakah pengguna sedang memarkir kendaraan dan berhenti berkendara atau hanya sekedar berhenti saat berada di lampu merah. Bahkan, pengembang harus mewaspadai lonjakan aktivitas dari pengguna.
Sampai dengan tahap ini, sebenarnya Google telah melatih bermacam model machine learning, serta telah menggunakan penyaringan algoritmik untuk mendeteksi perubahan aktivitas pengguna dan dikenalkan dalam bentuk antarmuka pemrograman aplikasi Activity Recognition Transition.
Antarmuka pemrograman ini kini telah tersedia bagi seluruh pengembang, dan dapat digunakan untuk mendeteksi ketika pengguna sedang diam, berjalan, berlari, bersepeda, dan sedang berkendara.
Antarmuka ini akan memproses semua hal tersebut, dan akan menginformasikan ke aplikasi dengan sangat sederhana jika ada perubahan aktivitas dari pengguna.
Google berharap para pengembang tidak perlu lagi bersusah payah mencari solusi, yang mana kadang tidak menggunakan daya secara efisien, serta memerlukan waktu dan upaya untuk membangunnya.
Di masa mendatang, Google akan berusaha meningkatkan kemampuan antarmuka pemrograman aplikasi ini. Termasuk di dalamnya menambahkan berbagai macam fitur berkaitan dengan konteks kesadaran, seperti membedakan jalan raya dengan rel kereta api.
Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai antarmuka pengembang ini, pengembang dapat mengakses halaman petunjuk mengenai antarmuka pemrograman aplikasi Activity Recognition Transition.
[Sumber: 9to5Google]
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…