Adib Toriq merupakan seorang pengembang aplikasi kelahiran Malang yang mendirikan perusahaan Algostudio. Pada awal perkembangannya, Adib bersama rekan-rekannya di Algostudio menjadi spesialis dalam pengembangan aplikasi Windows Phone.
Seiring dengan semakin bertumbuhnya perusahaan, membuat Algostudio dapat mengembangkan aplikasi di platform lainnya. Salah satu produk menarik buatan Algostudio yang digunakan oleh banyak orang adalah Blastnote.
Awal perkenalan Adib dengan komputer bisa dibilang sejak masa kecil karena dahulu Adib sering sakit sehingga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan izin untuk tidak masuk sekolah. Menurutnya dengan adanya komputer dapat menghibur dirinya dari rasa kebosanan di rumah.
Selanjutnya ketika Adib duduk di bangku SMP merupakan saat pertama kali dirinya dibelikan PC oleh perjuangan kedua orang tuanya. Hal inilah yang memicu Adib untuk menyukai dan terus berkarya di dunia komputer hingga dewasa.
Pada saat Adib akan melanjutkan pendidikannya ke universitas, Adib memutuskan untuk memilih jurusan Teknik Sipil di Universitas Brawijaya Malang karena dirinya merasa ingin mengikuti jejak ayahnya. Namun ternyata pada tahun pertama kuliah, Adib tidak merasakan minat sesungguhnya di jurusan Teknik Sipil.
Kemudian setelah tahun pertama kuliah selesai, Adib memutuskan untuk pindah ke jurusan yang sesuai minatnya yaitu Ilmu Komputer di Universitas yang sama. Minatnya terlihat ketika dirinya berhasil memprogram kalkulator untuk mengerjakan soal kuliah. Kepindahan Adib ini pun mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Pada masa ini pun Adib bersama rekannya Toni Tegar Sahidi pernah mendapatkan penghargaan 3rd Best Educational Software Development Proposal pada ajang E-Learning Award 2007.
Setelah berhasil menjadi Sarjana dari jurusan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang kemudian Adib memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister jurusan di STEI Institut Teknologi Bandung.
Ketika hidup di Bandung inilah Adib bertemu dengan pengembang aplikasi lainnya seperti M Reza Faisal dan Narenda Wicaksono yang mengenalkan Adib tentang dunia pengembangan aplikasi mobile. Berkat kedua orang ini juga Adib jadi mengikuti berbagai kompetisi pengembangan aplikasi.
Semasa kuliah Magister ini pun Adib pernah mendapatkan beberapa penghargaan kompetisi seperti Notable Finalist “App to the Future” design award – Core 77 dan medali emas pada ajang Nokia Lumia Apps Olimpyad di kategori API Ongkoskirim.
Aplikasi pertama yang dibuat oleh Adib Toriq adalah Feednet. Ini merupakan aplikasi yang berfungsi dalam mengoptimasi komposisi pakan ternak untuk Dinas Peternakan Jawa Timur. Feednet ini merupakan proyek PKL dari Adib dan dengan sedikit modifikasi dijadikan skripsi untuk menyelesaikan program Sarjana.
Selain itu, pada masa kuliah S1 Adib dan sahabatnya pernah mendirikan startup pengembangan aplikasi yang bernama Mysoftory. Namun setelah melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2, Adib lebih memilih untuk bersolo karir menjadi freelancer dan sempat mengajar di salah satu kampus swasta di Bandung.
Menurut Adib mengajar di kampus merupakan salah satu hal yang cukup berkesan karena dirinya bertemu dengan banyak mahasiswa yang memiliki karakter berbeda-beda. Banyak dari mereka yang tidak sadar bahwa setelah lulus ada hutan yang menunggu di luar sana. Hal itulah yang membuat Adib menjadi hormat terhadap dosennya dulu dan teman-teman dosennya sekarang.
Selama menjadi freelancer bisa dibilang Adib banyak membuat aplikasi yang cukup kompetitif dan tahun 2011 Adib kewalahan dalam mengerjakan tugas klien sehingga akhirnya merekrut beberapa tenaga tambahan yang akhirnya menjadi rekan hingga sampai sekarang.
Adib Toriq bersama istrinya, Uswah, resmi membentuk Algostudio pada tanggal 12 November 2012. Istri Adib menjadi rekan yang membantu Algostudio untuk berhubungan dengan klien di luar negeri karena kebetulan istrinya adalah Sarjana Bahasa Inggris.
Aplikasi Algostudio yang pertama kali dibuat adalah Invoice Creator untuk klien di New Zealand. Aplikasi sederhana ini dapat membantu kliennya untuk membuat invoice secara mudah. Namun sayangnya setelah aplikasi ini selesai pihak Algostudio tidak mendapatkan bayaran.Hal ini terjadi karena Adib belum berpengalaman dengan dunia freelance sehingga tidak mengetahui dengan sistem pembayaran dari situs Elance yang seharusnya menunggu terlebih dahulu klien membayarkan dananya pada escrow account.
Awalnya Algostudio menjadi spesialis dalam pengembangan aplikasi berbasis Windows Phone dan beberapa karya aplikasinya banyak digunakan orang seperti Drug Guide, BookTracker, dan Blastnote. Namun semakin berkembangnya perusahaan ini membuat Adib merekrut tim yang dapat mengembangkan aplikasi di berbagai platform.
Hingga saat ini anggota tim Algostudio terdiri dari satu desainer, dua programmer yang bekerja di markas dan lima programmer yang membuat aplikasi dari jarak jauh. Tim ini rutin melakukan konsolidasi beberapa hari sekali dan bertemu secara langsung.
Selain itu, Algostudio telah mengembangkan puluhan aplikasi yang terdiri dari aplikasi yang telah terbit di toko aplikasi dan digabung dengan aplikasi untuk klien. Algostudio pun memiliki banyak aplikasi yang dikembangkan untuk proyek riset atau kesenangan semata yang tersimpan di dalam penyimpanan komputer kantor.
Walaupun Algostudio sekarang ini banyak fokus pada pengembangan aplikasi untuk klien, namun perusahaan ini memiliki aplikasi yang diterbitkan di toko aplikasi dengan pengunduh yang terbilang cukup banyak.
Salah satu aplikasi Algostudio yang berkesan untuk Adib sendiri adalah Drug Guide. Aplikasi ini sendiri berisikan informasi mengenai obat yang beredar di pasaran. Awalnya pembuatan aplikasi ini terinspirasi dari keluarganya yang selalu mencari obat dari buku Daftar Obat yang sangat tebal dan merepotkan.
Suatu hari ibunya memberikan saran agar Adib membuat aplikasi yang berisikan informasi obat dan akhirnya hingga saat ini aplikasi Drug Guide masih digunakan keluarganya. Bisa dibilang penjualan dari aplikasi ini dapat membelikan ibu Adib mesin jahit baru.
Selain itu, aplikasi Blastnote yang dikembangkan oleh Adib bersama tim Algostudio pun menarik untuk digunakan karena pasalnya aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk membuat catatan dan kemudian dikirimkan dengan menggunakan tautan untuk membuka catatan tersebut via internet. Pengguna Blastnote pun dapat mengirimkan berkas berupa gambar, tautan, audio, video, peta dan kutipan.
Hingga saat ini Algostudio memiliki beberapa proyek pengembangan aplikasi yang terikat NDA (Non Disclosure Agreement), beberapa proyek desain tampilan antarmuka, dan 2 produk yang masih dibuat oleh tim. Salah satu dari produk ini rencananya akan terbit bulan Desember 2014.
[sumber gambar shutterstock]
Untuk mendapatkan keuntungan dari aplikasi, pihak Algostudio menggunakan beberapa strategi yang terdiri dari iklan, penjualan produk langsung di toko aplikasi, kerjasama, dan klien. Namun dari keempat strategi ini Algostudio paling banyak menggunakan metode pembuatan aplikasi untuk klien.
Bisa dibilang Algostudio telah memiliki klien yang cukup banyak dan telah menemui beberapa jenis klien. Terkadang perusahaan ini bertemu dengan klien yang tidak mengetahui aplikasi apa yang sebenarnya diingkan. Namun ada juga klien yang menginginkan suatu aplikasi tetapi mereka sebenarnya tidak membutuhkan aplikasi tersebut. Biasanya dalam menghadapi dua jenis klien ini Algostudio akan melakukan perundingan terlebih dahulu untuk mendapatkan yang sebenarnya dibutuhkan.
Selain itu, Adib pun memaparkan bahwa banyak juga klien yang mengetahui keinginan dan kebutuhannya. Biasanya jenis klien ini akan memberikan edukasi mengenai masalah dan bidang yang harus dikerjakan oleh Algostudio sehingga dapat bekerja sama mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Klien Algostudio yang pertama adalah ketika Adib masih menjadi freelancer di dunia internet. Menurut Adib bahwa klien mereka yang pertama mungkin melihat aplikasinya yang sudah terbit di toko aplikasi dan hingga saat ini klien Algostudio baik-baik semua sehingga tidak ada kendala yang berarti.
Menurut Adib untuk mendapatkan klien yang terpenting adalah menjaga kualitas aplikasi dan kepuasan klien karena hampir semua kliennya adalah hasil rekomendasi dari klien yang lain. Selama pengalaman Adib bersama Algostudio pernah juga satu klien beberapa kali menggunakan jasa perusahaan ini.
Terakhir Adib memberikan dua tips agar dapat mengerjakan produk yang tepat waktu untuk klien. Hal pertama yang harus dilakukan adalah kita harus tahu detail pekerjaan yang sedang dikerjakan dan diukur dengan kemampuan kita untuk mengerjakannya. Kemudian dari prediksi itu kita kalikan 1.5 atau dua untuk angka keamanan. Selanjutnya hal kedua yang dilakukan adalah harus ada komitmen yg baik dari pihak pengembang maupun klien untuk memprioritaskan pengembangan aplikasi tersebut.
Adib bercerita pernah mengalami pengalaman yang menarik ketika sedang jalan-jalan di mall dan melihat ponsel yang di dalamnya terdapat aplikasi yang pernah dikembangkannya dan aplikasi tersebut menjadi bawaan ponsel sehingga muncul rasa bangga dalam dirinya dan langsung mengambil foto ponsel tersebut untuk menjadi kenangan.
Walaupun begitu Adib mempunyai harapan agar Algostudio, pengembang aplikasi Indonesia, dan Indonesia agar bersama-sama memajukan pasar digital kreatif untuk menjadi besar dan kuat untuk bersaing dengan seluruh negara dunia karena potensi sumber daya manusia di Indonesia sangat memungkinkan apabila semua pihak yang terkait bisa berkomitmen dan saling bekerja sama secara bersinergi.
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…