Apakah Sudah Saatnya Gembar-Gembor NFC di Indonesia?


Near Field Communication (NFC) mungkin merupakan topik yang cukup seksi untuk dibahas akhir-akhir ini. Beberapa vendor smartphone sudah memulai pergerakan mereka di ranah NFC. Tapi, apakah NFC di Indonesia bisa bersaing dengan metode mobile payment lainnya yang sudah lama ada seperti SMS Payment (dikenal juga dengan istilah pembayaran potong pulsa) ? Saya rasa di 4-5 tahun ke depan SMS Payment / potong pulsa ini masih akan lebih laris ketimbang penggunaan NFC.

Ada beberapa alasan yang menurut saya cukup masuk akal mengapa SMS payment masih akan lebih besar penggunaannnya ketimbang menggunakan NFC. Yang pertama adalah soal fragmentasi teknologi. Belum terstandarisasinya penggunaan NFC dan juga merchant yang menggunakan NFC, nampaknya akan menjadi satu isu yang membuat NFC ini sulit berkembang di Indonesia. Penggunaan NFC untuk hal lain mungkin akan bisa berjalan dengan baik, tapi rasanya tidak untuk masalah mobile payment.

SMS payment / pembayaran potong pulsa juga dirasa jauh lebih mudah untuk dipahami dan diimplementasikan di Indonesia. Selain sedikitnya pengguna kartu kredit di Indonesia, masyarakat Indonesia juga masih tabu dan takut untuk menggunakan layanan pembayaran online yang menggunakan kartu kredit. Dengan metode SMS payment / pembayaran potong pulsa, masyarakat juga dengan mudah melakukan top up pulsa mereka. Memang transaksi yang dilakukan nilainya tidak akan besar jika menggunakan potong pulsa, tapi paling tidak cara ini lebih mudah.

Faktor lainnya adalah teknologi kartu SIM. Kenapa saya bilang kartu SIM berperan dalam SMS payment? Karena tidak semua handphone memiliki NFC, tapi pastinya handphone memiliki kartu SIM. Dengan adanya kartu SIM, maka proses potong pulsa / SMS payment dapat dengan mudah di implementasikan. Pihak vendor handphone low-end pun tidak harus pusing memikirkan implementasi NFC dan kerjasama dengan pihak merchant.

Memang sejatinya NFC itu akan mempermudah kegiatan si penggunanya. Misalkan dari pembayaran karcis kereta, bus, busway, hingga tiket masuk museum dan sebagainya. Karena bisa kita bayangkan jika seseorang harus kirim SMS dulu untuk bisa naik kereta atau naik busway, rasanya sangat merepotkan. Tapi… budaya masyarakat kita masih belum terbiasa menggunakan teknologi semacam NFC ini. Smart Card yang ada di halte busway bisa jadi contoh kasar. Alat tersebut hanya jadi pajangan dan jarang sekali digunakan, begitu juga dengan produk seperti BCA Flazz, juga masih jarang digunakan.

Nah kalau saja sudah bisa diimplementasikan smart SIM card yang akan berperan sama seperti NFC, maka saya rasa untuk masalah mobile payment di Indonesia masih akan di pegang oleh SMS payment / potong pulsa dalam jangka waktu yang lama. Metode ini dirasa menguntungkan pihak operator, pihak vendor handphone dan juga mempermudah instalasi di berbagai merchant.

Untuk saya pribadi NFC akan cocok digunakan untuk hal-lain di Indonesia ketimbang untuk masalah bayar membayar. Saya lebih memilih Smart SIM Card atau menggunakan cara konvensional seperti gesek kartu kredit dan bayar kontan :D

Semoga dengan gencarnya para vendor smartphone seperti RIM dan Nokia dalam hal NFC bukan hanya tren dan sensasi belaka tapi bisa mengedukasi masyarakat Indonesia untuk pengimplementasian NFC di kehidupan sehari hari. Semoga…