Siang hari ini di acara “Bakrie Telecom Media & Tech vision 2015: The True Convergence”, Anindya Novyan Bakrie dari Bakrie Telecom resmi mengumumkan bahwa Bakrie Telecom ikut memasukin dunia startup Indonesia dengan menyediakan dana sebesar 100 milyar pada tahun ini untuk startup di Indonesia. Hal ini adalah salah satu bagian dari visi 2015 Bakrie Telecom.
Sebetulnya gerak gerik grup Bakrie di dunia startup Indonesia sudah lama, bahkan mereka sudah melirik dunia startup semenjak awal-awal gelombang startup di Indonesia mulai berkembang. Namun baru sekarang ini grup Bakrie dengan resmi mengumumkan ketertarikan mereka di dunia startup Indonesia.
Dengan masuknya Bakrie Telecom di ranah startup ini semakin meramaikan insititusi pendukung startup yang ada di Indonesia setelah sebelumnya sudah ada East Ventures, Merah Putih Incubator, Global Digital Prima, dan masih banyak lainnya yang beberapa di antaranya masih “sembunyi-sembunyi”. Semoga dengan makin banyaknya institusi yang mendukung pergerakan startup di Indonesia ini juga didukung dengan perkembangan yang positif.
Untuk lengkapnya tentang Visi Bakrie Telecom untuk tahun 2015 bisa membaca slide presentasi dan press release berikut:
[spoiler intro=”Press Release”]
Telekomunikasi, Media dan Teknologi, Group Bakrie Alokasikan Rp 5 Triliun
Jakarta, 31 Maret 2010 – Anindya Novyan Bakrie, Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), hari ini mengumumkan visi Bakrie Telecom, Media and Technology (BakrieTMT2015) yang akan mensinergikan lini bisnis telekomunikasi (BTEL), media (VIVA Group) dan teknologi (BConn dan BNET) sampai dengan tahun 2015. Total investasi yang disiapkan mulai tahun ini sampai dengan 2015 adalah Rp5 triliun.
Dari alokasi tersebut, Rp100 miliar akan dialokasikan mulai tahun ini untuk pemberdayaan pengusaha baru telematika di seluruh Indonesia. “Konsumen telematika di Indonesia merupakan salah satu yang paling tumbuh dan paling dinamis di dunia. Buktinya Indonesia selalu menjadi salah satu pasar terbesar untuk hampir setiap perusahaan teknologi dan internet terkemuka dunia. Ini perlu dimanfaatkan supaya konsumen telematika Indonesia bisa mulai beralih menjadi technopreneur seperti layaknya Google, Facebook dan sebagainya dalam tiga sampai lima tahun ke depan,” kata Anindya Bakrie.
Menurut Anindya, visi BakrieTMT2015 sangat relevan karena tren industri telematika nasional cukup jelas yaitu koneksivitas berbasis internet khususnya untuk keperluan berkomunikasi, memperoleh hiburan yang berkualitas dan meningkatkan produktivitas. Lebih lanjut Anindya memaparkan syarat utama tercapainya visi BakrieTMT2015 adalah mobilitas penuh dan konvergensi penuh. Program BTEL 2.0 yang diluncurkan hari ini merupakan langkah konkrit awal menuju konvergensi penuh antara telekomunikasi, media dan teknologi sampai dengan tahun 2015.
Dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya BTEL hanya menyediakan layanan suara dan SMS melalui Esia dengan 13 juta pelanggan. Sedangkan dengan peluncuran Affordable Hyperspeed Access (AHA) tahun lalu, saat ini BTEL sudah memiliki layanan telekomunikasi berbasis internet dengan peningkatan 150 ribu pelanggan baru sejak diluncurkan sejak 9 bulan lalu.
Selain memberikan layanan telekomunikasi suara, SMS, koneksi internet, BTEL juga telah meluncurkan gaming phone pertama di dunia yang memiliki 30 macam game. BTEL juga akan meluncurkan beragam perangkat telematika modern dengan harga yang paling terjangkau yang juga merupakan produk BTEL sendiri.
Bakrie Telecom adalah satu-satunya operator telekomunikasi di Indonesia yang juga mengembangkan perangkat (devices) miliknya sendiri.
“Ada lima alasan kami meluncurkan visi Bakrie TMT2015. Pertama, kami adalah satu-satunya kelompok usaha yang mengelola telekomunikasi, media dan teknologi secara bersamaan. Kedua, BTEL memiliki keunikan sebagai layanan telekomunikasi dan internet terbaik dan paling terjangkau di Indonesia. Ketiga, aplikasi lisensi selular mudah mudahan akan segera disetujui oleh Pemerintah, sehingga BTEL resmi menjadi perusahaan telekomunikasi selular terlengkap di Indonesia dengan mobilitas penuh. Keempat, BTEL telah berinvestasi sebesar US$400 juta dalam dua tahun terakhir untuk persiapan peluncuran program BTEL 2.0 ini, dan kelima karena kami sudah menjadi rekan dari dua raksasa teknologi dunia yaitu Google dan Electronic Arts,” tambah Anindya.
Di tahun 2009 – 2010, Bakrie Telecom menginvestasikan US$400 juta untuk ekspansi kapasitas dan pengembangan teknologi broadband yang akan meningkatkan pendapatan dua kali lipat pada tahun 2015.
Laporan keuangan BTEL 2010 mencatat peningkatan pendapatan dari Rp.3.435,6 miliar menjadi Rp.3.477,1 miliar, dan laba Rp.10,0 miliar dari Rp98 miliar tahun 2009 akibat pembayaran beban bunga dan depresiasi yang melonjak berbarengan dengan investasi untuk persiapan BTEL 2.0. Namun BTEL juga mencatat pembayaran utang sindikasi sebesar US$145 juta yang seharusnya jatuh tempo pada 2012 untuk memperbaiki struktur permodalan.
Hasilnya adalah kinerja operasional yang lebih baik dengan peningkatan pangsa pasar pendapatan BTEL di kategori fixed wireless access (FWA) menjadi 55 persen di tahun 2010, dan kinerja saham BTEL yang meningkat 573 persen selama Januari 2009 – Maret 2011, lebih dari dua kali lipat peningkatan IHSG. Bila ditambah dengan lisensi selular, maka BTEL akan memasuki pangsa pasar seluler yang jauh lebih besar yaitu mencapai Rp83 triliun, terutama dibanding FWA yang hanya Rp6.6 triliun.
“Ketika BTEL telah menjadi operator selular, BTEL akan menjadi satu-satunya perusahaan telekomunikasi dengan sinergi menyeluruh antara koneksi telepon dan internet, infrastruktur, konten, dan devices dalam satu atap. Hal ini penting karena kami yakin tidak lama lagi, sebagian besar dari aktivitas konsumen di Indonesia akan dilakukan melalui telepon genggamnya,” tegas Anin Menurutnya dengan investasi yang cukup besar pada tahun 2009 dan 2010, 40 persen pendapatan BTEL ke depannya akan didominasi oleh data. Transisi dari suara ke data sangat sesuai dengan tren konsumen di Indonesia yang semakin menggunakan telepon genggam tidak hanya untuk berkomunikasi tapi juga untuk bekerja, belajar, mencari hiburan bahkan untuk berbelanja.
“Untuk itulah Grup kami mengalokasikan dana inkubasi Rp100 miliar yang mulai diluncurkan tahun ini agar semakin banyak aplikasi buatan technopreneur lokal yang bisa dipasarkan melalui jaringan BTEL,” tegas Anin.
Program inkubasi untuk pengusaha baru telematika diharapkan menjadi salah satu pilar utama dalam menunjang visi BakrieTMT2015. Khususnya dalam menambah jumlah ragam dan kualitas konten, sambil memberdayakan potensi industri telematika nasional.
[/spoiler]