Kemarin secara resmi Dycode Edu bekerja sama dengan Komunitas IoT4Bandung menyelenggarakan acara Bandung IoT Developer Day Episode 1. Dalam kesempatan tersebut dihadirkan beberapa pembicara yang menjelaskan mengenai Internet of Things, pengembangan Internet of Things menggunakan teknologi web, komunitas IoT4Bandung, dan beberapa perangkat Internet of Things yang telah jadi.
Bandung IoT Developer Day Episode 1 ini bertajuk “Developing for IoT with Web Technologies”. Acara tersebut diselenggarakan di Bale Motekar, Bandung, mulai dari jam 9 pagi hingga 4 sore dengan menghadirkan berbagai pembicara yang telah berpengalaman di bidang Internet of Things.
Pembicara yang dihadirkan dalam acara ini terdiri dari Norman Sasono selaku Senior Technical Evangelist dari Microsoft Indonesia, Andri Yadi selaku CEO Dycode, Martin Kurnadi selaku CEO Geeknesia, dan Komunitas IoT4Bandung.
Pengenalan dan Peluang Internet Of Things
Acara yang berlangsung selama kurang lebih 7 jam ini dibuka oleh Norman Sasono dengan pengenalan mengenai teknologi Internet of Things. Dalam pengenalan ini, Norman menjelaskan bahwa Internet of Things ini membutuhkan 4 hal penting yang terdiri dari Things (Benda, sensor, perangkat, Arduino, dan masih banyak lagi), Konektivitas, Data, dan Analisis.
Tentunya dalam Internet of Things ini harus terdapat benda yang dapat terhubung dengan benda lainnya melalui akses internet. Setelah terhubung ini, benda-benda tersebut harus menghasilkan data-data di server yang selanjutnya dapat dianalisis lebih lanjut agar dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya sehingga dapat membantu aktivitas dan kebutuhan yang telah ditargetkan.
Menurut Norman, peluang Internet of Things ini ke depannya adalah 70 % untuk bisnis secara B2B (Business To Business) dan 30 % B2C (Business To Consumer). Hal ini dapat terjadi karena porsi untuk pemanfaatan Teknologi Internet of Things akan lebih besar dibandingkan penjualan perangkat Internet of Things terhadap konsumen.
Meskipun begitu, 30 % pada B2C mempunyai peluang yang besar untuk implementasinya. Namun perusahaan atau startup yang mengembangkan teknologi Internet of Things juga dapat mengincar bisnis B2C dan B2B sekaligus. Selain itu, diprediksi oleh Gartner pada hingga tahun 2020 akan terdapat 25 miliar Things yang saling terhubung.
IDC juga memprediksikan bahwa pasar dunia dari Internet of Things ini hingga tahun 2020 nanti akan mencapai 7,2 triliun Dollar atau sekitar 100.000 triliun Rupiah. Bisa dibilang peluang untuk penerapan dan pasar teknologi Internet of Things ini sangat besar sekali.
Norman memberikan beberapa contoh perusahaan besar yang telah mengimplementasikan teknologi Internet of Things di dunia nyata seperti Lido Stone Work, ThyssenKrup, Autolib, dan Rockwell Automation.
Selain itu, Norman menjelaskan salah satu skenario dari implementasi Internet of Things ini terjadi pada perangkat Smarthome dimana setiap perangkatnya telah terhubungan dengan cloud misalnya saja pengguna Smarthome mengakses Televisi yang telah terhubung dengan cloud maka Televisi tersebut akan mengkomunikasikan dirinya dengan speaker yang terhubung dengan cloud atau lampu yang terhubung dengan cloud.
Dalam bidang Internet of Things ini Microsoft telah menyediakan ekosistem pengembangan seperti Windows 10 IoT, Windows Azure IoT Services, Visual Studio, dan dukungan terhadap komputer mini pengembangan seperti Raspberry Pi2 atau Minnowboard Max. Dengan ekosistem yang luas ini akan memudahkan pengembangnya dalam menciptakan perangkat Internet of Things yang kompeten.
Pengembangan Perangkat IoT Menggunakan Raspberry Pi 2, Windows 10 IoT Core, dan Node.JS
Selanjutnya, pada sesi kedua Andri Yadi selaku CEO dari Dycode memperagakan cara pengembangan perangkat Internet of Things menggunakan teknologi Web. Dalam pengembangan perangkat Internet of Things ini Andri menggunakan komputer pengembangan Raspberry Pi 2, sistem operas Windows 10 IoT Core, dan pemrograman Node. JS.
Pada awal permulaannya, Andri Yadi memperkenalkan Allegra yang merupakan perangkat Internet of Things ciptaan Dycode yang dapat melakukan pencetakan foto yang telah dihubungkan di jejaring sosial seperti Twitter, Instagram, maupun Jepret (karya Dycode).
Dalam acara tersebut, Allegra dapat melakukan cetak foto secara otomatis ketika peserta Bandung IoT Developer Day mengunggah foto-fotonya pada Twitter atau Instagram dengan menambahkan hashtag #BDGIoTDevDay. Dalam hal ini Dycode telah memprogram agar Allegra dapat langsung melakukan cetak foto secara otomatis apabila ada yang menggunakan hashtag #BDGIoTDevDay. Selain itu, diharapkan akun Instagram yang dimiliki oleh peserta tidak dikunci agar memudahkan dalam pengambil fotonya.
Setelah selesai menjelaskan Allegra, Andri Yadi menjelaskan mengenai spesifikasi hardware dari Raspberry Pi 2 yang terdiri dari Broadcom BCM 2836 900 MHz quad-core ARM Cortex A7, RAM 1 GB, GPU Broadcom VideoCore IV, dan eksternal MicroSD.
Raspeberry Pi 2 sendiri banyak didukung sistem operasi seperti Debian, Ubuntu Mate, Snappy Ubuntu, Risc OS Pi, Windows 10 IoT Core, dan masih banyak lagi. Dalam kesempatan kali ini, Andri menggunakan Windows 10 IoT Core pada komputer pengembangan Raspberry Pi 2.
Setelah menginstal Windows 10 IoT Core pada Raspberry Pi 2 maka selanjutnya peserta dapat langsung melakukan pemrograman untuk pengembangan perangkat Internet of Things. Terdapat beberapa dukungan pengembangan menggunakan Raspberry Pi 2 seperti Native, Arduino Wiring & UWP Lightning Providers, Windows Remote Arduino, atau Windows Virtual Shield for Arduino.
Sementara untuk dukungan bahasa pemrograman atau framework untuk pengembangan menggunakan Windows 10 IoT pada Raspberry Pi 2 ini terdiri dari C++, C#, Arduino, Node.JS, atau Python. Dalam pengembangan perangkat Internet of Things kali ini, Andri menggunakan Node.JS untuk pengembangannya.
Nah, pada sisi Internet of Things ini Andri menggunakan Raspberry Pi 2 yang telah memiliki Windows 10 IoT Core. Sedangkan pada sisi desktop, menggunakan Visual Studio, Node.JS tool for VS, dan NTVS IoT.
Selanjutnya, Andri langsung memulai pengembangannya menggunakan pemrograman web Node.JS pada IDE Visual Studio. Andri menjelaskan secara bertahap mengenai kode-kode yang diperlukan agar perangkat Internet of Things yang dikembangkan dapat berjalan.
Pada sesi ini, awalnya Andri memperagakan LED yang dapat menyala maupun berkedip-kedip ketika telah diprogram menggunakan Node.JS pada Visual Studio. Setelah sukses dengan LED, kemudian Andri menuju tahap yang lebih lanjut lagi pada pengembangan Internet of Things ini menggunakan sebuah lampu.
Pada tahap ini Andri melakukan pemrograman lagi agar lampu dapat dinyalakan pada kondisi yang diinginkan seperti lampu dapat menyala apabila Andri melambaikan tangan pada sensor yang telah disematkan dalam Raspberry Pi 2 dan sukses lampu dapat menyala.
Terakhir, Andri mencoba untuk melakukan simulasi Internet of Things dengan menggunakanbwebcam dan lampu. Dalam skenarionya, ketika seseorang mendekati kamera maka secara otomatis lampu menyala dan kamera akan mengambil foto orang yang berada di depan kamera.
Awalnya hasil foto tersebut akan terambil secara offline. Namun dengan penambahan pemrograman lebih lanjut maka hasil foto akan dapat ditampilkan di Internet. Andri mengatakan bahwa ini merupakan simulasi yang dapat dilakukan untuk keamanan di rumah ketika maling sedang mencuri di rumah yang nantinya dapat diambil fotonya dan kemudian polisi dapat langsung mengejar maling tersebut. Bisa dibilang pada sesi Andri ini menarik karena peserta dapat melihat pengembangan perangkat Internet of Things secara langsung.
*disclosure : TeknoJurnal merupakan salah satu media partner acara Bandung IoT Developer Day