Categories: Opini

Catatan SparxUp Award: Antara Pemasukan Model Iklan Digital dan Startup

Kali ini saya kembali membagikan pengalaman saya ketika mengikuti seminar Tech Startup Investment beberapa waktu lalu yang diselenggarakan oleh penyelenggara SparxUp Award 2010. Sarah Lacy dari TechCrunch di seminar tersebut menyinggung tentang antara pemasukan model iklan digital dengan startup yang membuat produk digital.  Banyak startup yang menggunakan model iklan digital untuk mendapatkan revenue dari produk mereka, dan itu bukanlah sebuah langkah yang bagus.

Menurut Sarah, terutama untuk bidang website, iklan digital baru dapat dijadikan pemasukan utama jika pengunjung bulanannya sudah mencapai jutaan. TechCrunch sendiri baru menghasilkan pemasukan yang cukup besar dari iklan digital setelah mempunyai pembaca yang sangat banyak seperti sekarang ini. Apalagi untuk produk digital berbasis blog seperti TechCrunch, monetasinya tidaklah mudah.

Banyak website di Amerika Serikat menawarkan servis tambahan yang memerlukan para pengguna web mereka untuk membayar. Contohnya mungkin seperti GigaOm yang menawarkan konten-konten premium yang dapat diakses oleh para pembaca setelah membayar sejumlah uang. Hal ini lebih profitable dibandingkan hanya bertumpu pada iklan digital. Model iklan digital baru bisa dilaksanakan dalam jangka panjang, sedangkan untuk jangka pendek tidaklah cocok.

Apa yang Sarah Lacy katakan tentang iklan digital kebetulan mirip dengan apa yang pak Andi S. Boediman bilang di #startupLokal meetup yang lalu. Fokus pada menawarkan servis ke pebisnis lebih sederhana dan menguntungkan daripada iklan digital untuk bisnis jangka pendek. Pak Andi juga sudah menjabarkan secara detail mengenai hal tersebut di sebuah artikel di blognya, berikut adalah kutipannya:

Too many startup says that they use advertising as their revenue model. This is the sign that the site will fail since advertising can only be monetized at later stages where all the traffic has already built up. Find other short-term business model such as services or product selling and use advertising as other income. Kapanlagi.com did this by having mobile content company as a revenue generator to finance their website early stages.

Terakhir, kabarnya iklan digital di Indonesia pun mengalami penurunan. Sebuah website berita besar di Indonesia mengalami penurunan pemasukan dari iklan digital hingga 50% dalam 2 tahun. Benar atau tidak saya tidak tahu :) Mungkin di antara pembaca TeknoJurnal ada orang dari media atau yang berkecimpung di periklanan digital  yang bisa memberikan masukan tambahan?

Share
Published by
Firman Nugraha

Recent Posts

Cisco Peringkatkan Kerentanan Kritis Dalam Cisco Data Center Network Manager

Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!

January 7, 2020

Optimal idM Meluncurkan OptimalCloud Partner Platform

Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!

January 6, 2020

Google Siapkan Coral Accelerator Module dan Coral Dev Board Mini untuk Tahun 2020

Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…

January 3, 2020

Google Kembangkan Model Kecerdasan Buatan Untuk Deteksi Kanker Payudara

Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…

January 3, 2020

Google Dorong Fitur Bubbles Notifications Ke Versi Stabil

Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…

December 31, 2019

Samsung Siapkan Lima Proyek dan Empat Startup C-Lab Untuk CES 2020

Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…

December 30, 2019