Dapatkah Smartphone “Menghilangkan” Eksistensi Game Portable?


Sesuai dengan judul artikel ini, sepertinya tidak berlebihan jika saya katakan perangkat game portable seperti Nintendo DS dan Sony PlayStation Portable akan masuk kedalam daftar perangkat yang hilang eksistensinya dikarenakan termakan “multi fungsi” nya smartphone.

Berdasarkan data yang didapat dari Flurry (sebuah perusahaan yang bergerak di bidang promosi mobile apps) memperkirakan bahwa pendapatan dari aplikasi games di iOS dan Android melonjak hingga melebihi $800 juta di tahun 2010 dari angka $500 juta di tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sebagian besar lonjakan dihasilkan oleh game-game yang ada di platform Apple iOS. Dengan perkembangan seperti itu, bisa saja pendapatan dari mobile game sudah melampaui pendapatan dari PC game dalam waktu dekat. Sayangnya data mengenai perkembangan pedapatan game di platform PC tidak dibahas secara spesifik oleh Flurry.

Berikut adalah grafik yang menunjukkan perkembangan pemasukan video game untuk daerah Amerika Serikat:

Selain itu, iOS dan Android telah mewakili kurang lebih dari sepertiga pendapatan dari bidang game portable di Amerika Serikat pada tahun lalu. Perkembangan pendapatan dari iOS dan Android sendiri naik dari 19% di tahun 2009 menjadi 34% di tahun 2010. Sementara itu pasar Game Nintendo DS masih menguasai, tetapi dengan jumlah yang merosot dari 70% di tahun 2009 menjadi hanya 57% di 2010. Sedangkan PSP juga ikut turun dari 11% menjadi hanya 9% di tahun 2010.

Nampaknya dengan perkembangan iOS dan Android ini, telah mengubah cara orang bermain (menikmati) game portable. Mereka tidak melulu mengandalkan perangkat game portable, tetapi mereka mulai beralih ke smartphone yang notabene fitur utamanya untuk berkomunikasi bukan bermain game. Tapi apa mau dikata, sifat multi fungsi yang dimiliki smartphone nampaknya sudah menggerus eksistensi dai perangkat lainnya. So.. Nintendo dan Playstation tidak hanya berhadapan dan berkompetisi dengan sesama perangkat game portable, tetapi mereka juga harus bersaing dengan perangkat smartphone.

Didukung dengan harga jual dari aplikasi game Android dan iOS yang cenderung murah (kisaran $1 – $15) serta jumlah perangkat yang menurut pendapat pribadi saya lebih banyak jumlahnya dibandingkan perangkat game portable. Jadi, peluang mobile game “menghilangkan” portable game, nampaknya semakin besar.

Jika kita lihat situasi yang seperti ini, mungkin inilah saatnya bagi para pengembang aplikasi mobile di Indonesia untuk terjun ke dunia mobile gaming. Apalagi kalau saya lihat cukup banyak aplikasi social gaming buatan lokal. Paling tidak, game berjenis social gaming yang ada dapat diubah menjadi aplikasi mobile yang dapat berjalan di iOS maupun Android. Tidak menutup kemungkinan akan bermunculan pengusaha-pengusaha lokal untuk bidang mobile gaming yang bisa mendunia nantinya jika produknya sukses.