Beberapa waktu lalu saya tidak sengaja menemukan sebuah aplikasi buatan pengembang aplikasi Android asal Indonesia di Google Play, Hi-Q MP3 Recorder. Uniknya, aplikasi buatan pengembang aplikasi asal Indonesia ini tidak gratis dan sudah diunduh puluhan ribu kali berdasarkan statistik yang ditampilkan di Google Play.
Saya tertarik untuk menggali lebih dalam tentang aplikasi ini dan berhasil mengontak pengembang aplikasinya, yaitu Yuku Sugianto. Yuku sendiri lahir di Bandung dan menjajaki sekolah hingga SMA di Bandung sebelum pindah ke Singapura untuk perkuliahannya di Nanyang Technological University.
Ia membuat sendiri aplikasi Hi-Q MP3 Recorder sekitar 2 tahun lalu dan kini telah diunduh sebanyak lebih dari 30.000 kali. Aplikasinya sendiri saat ini dijual seharga 3,99 USD dan sempat dijual seharga 2.99 USD pada awal-awal. Yuku menaikkan harga aplikasi ini karena melihat peminatnya yang cukup banyak.
Jika dikalkulasikan, Hi-Q MP3 Recorder telah menghasilkan antara Rp. 807.300.000 – Rp. 1.077.300.000 atau rata-rata menghasilkan puluhan juta rupiah tiap bulannya (belum termasuk pemotongan 30% dari Google), angka yang cukup besar menurut saya.
Pengembang aplikasi Android di Indonesia tentu tahu bahwa mereka saat ini tidak dapat merilis aplikasi berbayar di Google Play, hal yang sama juga dialami Yuku ketika merilis aplikasi 2 tahun lalu walaupun dia saat itu sedang di Singapura.
Yuku mengatakan untuk menyiasati hal ini cara yang ia lakukan adalah dengan meminta tolong kepada temannya yang sedang tinggal atau setidaknya punya akun bank di Amerika Serikat, lalu dimasukkan hasil penjualannya ke sana. Kemudian temannya mengirimkan hasil penjualan aplikasinya lewat PayPal dengan biaya (hanya) 5 USD sekali kirim.
Tujuan aplikasi Hi-Q MP3 Recorder menurut Yuku sebetulnya sederhana saja, yaitu memaksimalkan pemanfaatan mikrofon. Sejak bertahun-tahun lalu ia tidak pernah puas dengan kualitas file rekaman pada ponsel Nokia S60 maupun ponsel lainnya yang berbasis Android.
Padahal ketika dia cek mikrofonnya dan merekam dalam format WAV, kualitasnya ternyata bagus sekali. Namun begitu, ukurannya filenya sangat besar karena itu ia pikir perlu dikompres menjadi MP3. Sayangnya pemrograman Symbian S60 saat itu sulit sekali jadi baru ia wujudkan pada Android.
Tampilan Hi-Q MP3 Recorder
Menjual aplikasi berbayar tentu lebih sulit dibandingkan merilis aplikasi secara gratis di Google Play. Menurut Yuku, karena Google Play menerima semua aplikasi tanpa pemeriksaan, kebanyakan orang tidak berani membeli aplikasi berbayar di Google Play kecuali ada versi demonya atau aplikasi/pengembangnya sudah terkenal lewat media lain.
Untuk pemasaran aplikasinya, ia tidak memakai media apa pun selain Google Play. Tidak ada Facebook, Twitter, dan sebagainya. Karena Google Play secara otomatis menaruh aplikasi-aplikasi dengan rating tinggi di atas, ia mengusahakan untuk membuat aplikasi serapih mungkin dengan sedikit fitur dulu, supaya pengguna puas dan memberi rating tinggi sekaligus menyarankannya kepada pengguna-pengguna lain. Setelah itu diikuti dengan rilis kecil-kecil supaya jangan sampai pengguna kaget dengan banyak fitur baru yang belum tentu bekerja dengan baik.
Kedepannya, Yuku berencana akan terus memperbaharui aplikasi ini dengan menambah fitur-fitur seperti widget di home screen Android, encode ke format OGG, Dropbox sync, dan sebagainya.
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…