Feature Phone, Ladang Emas yang Jarang Disentuh Pengembang Aplikasi di Indonesia


Sekarang ini sudah banyak bertebaran berbagai jenis handphone, mulai dari handphone pintar (smartphone) semacam iPhone dan BlackBerry hingga handphone biasa seperti handphone Nokia  yang biasa digunakan oleh banyak orang. Untuk para pengembang aplikasi mobile kedua jenis handphone ini menawarkan fitur dan prospek yang berbeda pula dalam mengembangkan sebuah aplikasi. Namun begitu, handphone jenis mana sebetulnya yang menguntungkan untuk dibuat aplikasinya terutama untuk di Indonesia?

Jawaban dari pertanyaan tersebut sebenarnya relatif. Namun menurut saya pribadi antara smartphone dan feature phone yang memiliki prospek paling besar di Indonesia adalah feature phone. Mengapa? Mari kita lihat data berikut:

  • 50% pengguna handphone di Indonesia menggunakan handphone seharga kurang dari Rp. 750.000
  • Pengguna smartphone di Indonesia hanya sebesar 8.7% pada tahun 2010
  • Ada sekitar 200 juta pengguna handphone di Indonesia
  • Pengguna handphone di Indonesia yang terkoneksi dengan jaringan 3G tahun ini mencapai 15 juta, dibandingkan broadband yang hanya 3 juta

Besar sekali bukan berarti pengguna handphone jenis feature phone? Lalu kira-kira apa yang terjadi jika kita dapat membuat aplikasi untuk para pengguna feature phone itu?

Saya ambil contoh kasus Nexian Messenger. Market share Nexian pada tahun 2010 adalah sekitar 2,09%, dari angka tersebut total handphone Nexian yang beredar mungkin sekitar 4,18 juta orang. Di setiap handphone Nexian sudah tertanam aplikasi Nexian Messenger yang untuk menggunakannya pengguna harus membayar Rp. 500 tiap harinya. Mari kita asumsikan 1 juta pengguna handphone Nexian aktif menggunakan Nexian Messenger, total uang yang didapat hanya dari Nexian Messenger saja berarti 500 x 1 juta = Rp 500 juta per hari / Rp 1,5 miliar per bulan. Angka yang cukup fantastis bukan?

Saya sangat suka menggunakan Nexian ketika menjelaskan tentang pasar feature phone di Indonesia karena mereka pintar dalam memasuki pasar feature phone di Indonesia dan mengerti apa yang sebetulnya para pengguna handphone tersebut perlukan. Kita tidak bisa menggunakan pola pikir kehidupan orang di kota besar yang sudah terbiasa dengan gadget kelas atas untuk mengembangkan aplikasi di pasar feature phone ini. Cari tahu apa yang mereka sebetulnya perlukan dan gaya hidup mereka sehari-harinya.

Memang pengembang aplikasi mobile biasanya lebih tertarik untuk mengembangkan aplikasi di platform mobile yang sudah canggih seperti Android, iOS, dan BlackBerry OS. Namun begitu tidak ada salahnya bukan untuk ikut mencoba menggarap aplikasi untuk pasar feature phone ini bukan? Tidak banyak pengembang aplikasi mobile yang saya tahu yang terjun di dunia ini sehingga porsi “kue”-nya masih sangat besar.

* Data dari Andy Zain via tweet Aria Rajasa

,