Foursquare is a killer, yet!


foursquare“Berapa banyak badge anda di Foursquare?” Pertanyaan ini pasti banyak didengar para onliners dan socmed junkies belakangan ini. Yap, Foursquare jadi primadona baru di dunia social networking Indonesia. Umurnya terbilang masih muda, belum menginjak 2 tahun, tapi sudah mulai ngehip di mana-mana, terutama di Indonesia. Di Indonesia sendiri bisa dibilang foursquare jadi one of top 5 social networking here. Even on twitter they all talk about badges!

Apasih kunci utama sukses (kalau bisa dibilang sukses) nya Foursquare di Indonesia? Saya sendiri berpendapat ada dua faktor utama yang membuat Foursquare menjadi rising star di Indonesia. Pertama, pasti badges. Yes, Foursquare is all about badges. Untuk yang belum tau apa itu badges, kira-kira begini Foursquare mendeskripsikan badges: ‘Badges are little rewards you earn based on your check in habits’. Lalu kenapa saya bilang badges adalah satu kunci utama keberhasilan Foursquare di Indonesia? Mari lihat ke beberapa tahun ke belakang. There was a Plurk, right? Plurk yang masuk Indonesia lebih dulu daripada Twitter juga sempat digandrungi onliners Indonesia. Alasan utamanya, tentu Karma. Karma yang 11-12 dengan badges ini menjadi alasan utama Plurkers nge-Plurk. Now, see what am I trying to say?

Yap, masyarakat online Indonesia senang dihargai, dan di-eksis-kan. Semakin tinggi karma anda, berarti semakin tinggi derajat anda di Plurk :p. Begitu juga di Foursquare. Semakin banyak badges anda, selain dapat menikmati banyak promo, juga ke-eksis-an anda diakui jagat foursquare. Masyarakat online Indonesia senang usahanya dihargai, walaupun dengan hal ‘kecil’ seperti badge dan karma.

Tapi, entah kenapa saya berpendapat trend badges ini ga bakal tahan lama. Lihat saja Plurk, yang (bisa dibilang) dihabisi Twitter di Indonesia. Kenapa? Dalam kasus plurk, setelah user mencapai karma 100, lalu mereka bingung mau ngapain lagi. Sama seperti badges, walaupun Foursquare bilang mereka akan terus menambah badges-badges baru, tapi saya nggak yakin user nggak bosen terus-terusan mengejar-ngejar badges.

Yang kedua, mobile application. Untuk seorang “anak baru”, mobile application Foursquare tergolong lengkap. Bandingkan dengan Twitter yang baru tahun ini meluncurkan aplikasi resmi nya untuk Blackberry. Foursquare memang pintar membaca pasar, dengan fitur-fitur yang mereka miliki, konsep dasar Foursquare yang digunakan para onliners mobile,  sebuah aplikasi yg mendukung berbagai platform memang sebuah keharusan. Sekarang, Foursquare sudah memiliki aplikasi resmi (bukan third party) untuk iPhone, Android, dan Blackberry. Satu hal yang belum dimiliki kompetitor nya yang notabene asal Indonesia, Koprol.

The Future of Foursquare

Yap, Foursquare memang sangat bergema di Indonesia akhir-akhir ini, walaupun memang belum mengalahkan Twitter. Tapi dengan fiturnya yang masih limited, saya kira Foursquare tidak akan bertahan lama di Indonesia. Kasarnya, kita tinggal menunggu jenuhnya para onliners check in sana check in sini demi sebuah badge. Sama seperti Plurk, yang semakin tenggelam akhir-akhir ini. Foursquare butuh lebih dari sekedar badges, mereka butuh sebuah fitur yang bisa membuat user addicted tiada henti. And they need it soon, atau the killer, will be killed.