Versi baru dari pustaka mesin pembelajaran (Machine Learning) buatan Google, TensorFlow 2.0, kini telah tersedia secara umum. Perusahaan yang mengembangkannya, Google, sudah secara resmi mengumumkan perihal tersebut pada tanggal 30 September 2019 kemarin.
Diluncurkan pertama kali dalam versi alpha, TensorFlow 2.0 hadir bersama TensorFlow Lite 1.0 yang bisa digunakan untuk perangkat seluler dan perangkat tertanam, serta perlengkapan mesin pembelajaran lainnya seperti TensorFlow Federated, pada TensorFlow Dev Summit musim semi ini.
Secara umum, pustaka baru mesin pembelajaran bersifat terbuka (open-source) milik Google ini hadir dengan sejumlah perubahan dan peningkatan, yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan kemudahan dalam penggunaannya.
Penghapusan beberapa macam antarmuka pemrograman aplikasi menjadi salah satunya. Beberapa antarmuka pemrograman yang dianggap berlebihan atau tidak digunakan, dihapus dari dalam pustaka baru ini.
Namun di sisi yang lain, TensorFlow 2.0 juga menawarkan integrasi dan ketergantungan yang lebih kuat pada pustaka mesin pembelajaran Keras sebagai pusat antarmuka pemrograman aplikasi tingkat tingginya.
Selain itu, pustaka baru TensorFlow ini juga menjanjikan kinerja pelatihan tiga kali lebih cepat ketika menggunakan campuran yang presisi, baik pada pengolah grafis (GPU) Volta maupun Turing yang dua-duanya dikembangkan oleh NVIDIA.
Atau sederhana, eksekusi yang secara mendasar lebih cepat ini menunjukkan bahwa TensorFlow 2.0 dapat memberikan peningkatan kinerja pada berbagai macam mesin pembelajaran, dibandingkan pustaka TensorFlow yang diluncurkan sebelum-sebelumnya.
Yang cukup menarik, peluncuran TensorFlow 2.0 ini seolah turut mengawali konferensi TensorFlow World, yakni sebuah konferensi perdana untuk para pengembang TensorFlow, yang akan berlangsung pada tanggal 28 hingga 31 Oktober 2019 mendatang di Santa Clara, California.
Pengumuman ini pun bukan satu-satunya dalam hal ini. Baru-baru ini peneliti dari Google AI telah meluncurkan serangkaian terobosan pemahaman bahasa alami, seperti model multibahasa yang dilatih untuk mengenali sembilan bahasa di India.
Selain itu, minggu lalu pun para peneliti tersebut sudah berbagi berita mengenai keberhasilannya dalam menciptakan ALBERT, yakni model kecerdasan buatan berbentuk percakapan yang sekarang berada di atas papan peringkat tolok ukur kinerja SQuAD dan GLUE.
[Sumber: Venturebeat]
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…