IBM Bluemix – Layanan Awan Tangguh dari IBM Untuk Membangun Aplikasi


IBM Bluemix

Hari ini IBM Indonesia mengadakan workshop untuk memperkenalkan dan membuat aplikasi dengan menggunakan layanan awannya, IBM Bluemix. Bisa dibilang Bluemix ini merupakan platform yang menyediakan layanan kepada pelanggan, startup, maupun perusahaan untuk mengatur aplikasi dan datanya sendiri. Sedangkan infrastruktur seperti runtime, sistem operasi, jaringan, server, penyimpanan, virtualisasi, dan perangkat keras disediakan serta dirawat langsung oleh IBM.

Tentunya dengan adanya Bluemix ini startup maupun perusahaan tidak perlu repot dalam hal pengaturan dan perawatan terhadap aplikasi yang dibuat karena penggunanya dapat langsung mencoba membuat aplikasi dan menyimpan kode serta datanya secara awan pada Bluemix ini.

Dalam Bluemix ini pun penggunanya dapat langsung mengedit kode aplikasi maupun datanya secara langsung. Beberapa fitur yang terdapat pada Bluemix, antara lain infrastruktur yang pintar, keamanan, pengembangan serta analisis data besar, pengembangan serta uji coba aplikasi, Watson QA, analisis sosial, M2M (mesin ke mesin), dan Media.

dashboard ibm bluemix

Workshop Bluemix yang diselenggarakan oleh IBM ini dipandu oleh Budiyanto Liem selaku Software Partner Representative dari IBM dengan memberikan beberapa sesi yang terdiri dari Lab A, Lab B, Lab C, Lab D, Lab E, hingga Lab F. Pada awal permulaannya, peserta diberikan materi dari Lab A yang merupakan pengenalan awal dari Bluemix. Dalam sesi ini pihak IBM memberikan pengenalan singkat dan dashboard dari Bluemix.

Dijelaskan bahwa Bluemix memiliki katalog menarik dalam membangun aplikasi yang terdiri dari kategori “Starters”, “Services”, dan “AddOns”. Untuk kategori “Starters” ini menyediakan sub kategori “Boilerplates” yang terdiri dari “Java DB Web Starter”, “Java Web Starter”, “Mobile Cloud”, “Node JS Web Starter”, “Internet of Things Starter”, serta “Node-RED Starter”, dan sub kategori “Runtimes” yang terdiri dari “Liberty for Java”, “SDK for Node.JS”, “Ruby on Rails”, “Ruby Sinatra”, serta “Bring Your BuildPack”.

Untuk kategori “Services”, Bluemix ini memiliki sub kategori “Mobile”, “Web and Application”, “Data Management”, “Big Data”, “Business Analytics”, dan “Internet of Things”. Selain itu, untuk kategori “AddOn” memiliki sub kategori yang terdiri dari “DevOps” dan “Integration”. Dalam kategori katalog ini, pelanggan akan dikenakan biaya per GB-jam untuk kapasitas yang digunakan. Apabila pembaca tertarik mencoba pertama kali dapat melakukan registrasi untuk menggunakan Bluemix secara uji coba 30 hari tanpa dikenakan biaya.

Selain itu, pada Lab A diberikan langkah-langkah untuk membangun aplikasi sederhana menggunakan Bluemix. Aplikasi sederhana yang dibuat terdiri dari aplikasi web dan mobile. Untuk aplikasi mobile ini berbasis Android sehingga peserta mengintegrasikan Bluemix dengan Eclipse.

Untuk sesi pada Lab B, peserta diajak untuk mencoba mengembangkan Node.JS menggunakan Bluemix dan Bluemix DevOps Services. Berlanjut ke Lab C, pihak IBM menjelaskan singkat mengenai layanan terintegrasi Bluemix, Cloud Foundry, dan membangun aplikasi Twitter Influencer menggunakan Bluemix.

Dalam sesi Lab D ini dijelaskan mengenai cara membuat aplikasi mobile dengan menggunakan teknologi “Mobile Backend as a Service” (MBaaS) yang dimiliki dari Bluemix. Lab D ini menjadi sesi terakhir dari workshop Bluemix karena kendala teknis dan keterbatasan waktu.

Dengan adanya workshop ini pesertanya dapat lebih mengetahui cara menggunakan dan fitur dari layanan IBM Bluemix. Selain itu, dengan menggunakan layanan Bluemix ini pengembang aplikasi dapat mengembangkan startup maupun perusahaanya tanpa perlu repot memikirkan infrastruktur back-end yang dibutuhkan.

workshop ibm bluemix