Insight Berharga Bagi Para Pengembang Aplikasi Muda di DepokMobi Meetup Ke-3


programmer mudaSalah satu hal mendasar yang sangat positif yang saya petik pada meetup ketiga komunitas DepokMobi adalah bagaimana kalangan industri mulai memperhatikan dunia kampus sebagai salah satu aset yang dapat dikembangkan lebih jauh lagi. Ya, bagaimana tidak, kampus saat ini sudah mulai mengikuti perkembangan teknologi secara lebih real-time.

Bahkan kemarin, Rein Mahatma (@reintweets) memaparkan bahwa di Universitas Bina Nusanatara saja, pengembangan aplikasi mobile sudah menjadi jurusan tersendiri di sana. Sedangkan di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, ada mata kuliah mobile technology dan juga game development. Hal ini mengindikasikan bahwa dunia kampus saat ini juga sudah sadar akan perkembangan teknologi apa saja yang memang sedang “manis” di pasaran.

Beberapa peserta DepokMobi kemarin saja yang berasal dari kalangan mahasiswa ada yang sudah berani membuat game house sendiri. Sebuah hal yang patut dibanggakan dan layak didukung.

Hadirnya komunitas DepokMobi juga baik dijadikan sebagai sarana edukasi lebih lanjut bagi para pengembang aplikasi muda ini. Selain mendapatkan banyak ilmu tentang hal-hal yang bersifat teknis, seperti kemarin Ziyad Bazed (Blaast Engineer) dan Didiet Noor (Produser Guava Games) yang melakukan demo WebWorks dan game engine yang dapat berjalan di PlayBook, peserta juga dapat lebih memahami bagaimana cara monetizing yang tepat di dunia aplikasi mobile.

Monetizing merupakan hal yang masih dinomor dua kan bagi mahasiswa. Hal terpenting bagi mereka, kebanyakan saat ini adalah bagaimana membuat produk mereka dapat berjalan lancar. Itu saja. Menurut penulis, ego-pun berperan besar disini. Dengan kemampuan yang dimiliki saat ini, mahasiswa masih tidak memikirkan bagaimana membuat sebuah produk yang dapat diterima, dinikmati, hingga pasar bersedia membeli produk tersebut, entah dengan cara freemium, in-app purchase, dan sebagainya.

Edukasi semacam inilah yang masih diperlukan di kalangan mahasiswa. Isu-isu teknikal bukan suatu masalah utama lagi. Justru dari sisi soft skill, manajerial, dan pengetahuan akan industri-lah yang harus diasah lebih dalam lagi. Bagaimana membuat sebuah aplikasi yang memang dibutuhkan pasar, dan jangan lupa, bahwa kompleksitas/kecanggihan suatu aplikasi tidak ada gunanya, tanpa user interface yang ramah dan usability yang tinggi. Seperti kata pak Nukman Luthfie di meetup DepokMobi kemarin, hingga saat ini, masih jarang aplikasi mobile yang memiliki usability tinggi, tidak seperti aplikasi web yang sudah banyak menuju ke sana. Banyak aplikasi mobile yang diunduh di toko aplikasi, namun tak semua pengguna menggunakannya dikarenakan hal tersebut.

Jadi, kepada mahasiswa dimanapun kalian berada. Jangan takut akan dunia industri yang sesungguhnya. Asah selalu kemampuanmu baik dari sisi hard skill maupun soft skill. Show your potencial, and conquer the world!