Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia. Tak hanya itu saja, pada kenyataannya UMKM menjadi salah satu solusi pengentasan kemiskinan di daerah. Meskipun kenyataannya banyak usaha yang gulung tikar karena minimnya modal atau tidak bisa menerima kredit dari perbankan/kredit dari program pemerintah.
Solusi persoalan tersebut coba dihadirkan oleh Amartha, salah satu startup lokal yang memanfaatkan teknologi sebagai solusi di bidang finansial ke arah yang lebih praktis dan modern (FinTech). Amartha membuat sebuah inovasi baru melalui platform peer to peer (P2P) lending bagi para investor untuk berinvestasi pada pengusaha mikro secara online dengan aman.
Berkaitan dengan hal tersebut, Amartha bekerjasama dengan CODE Margonda, komunitas penggerak startup di Indonesia, mengadakan acara diskusi panel “Inovasi Microlending untuk Mewujudkan Keuangan Inklusif”. Diskusi tersebut menghadirkan beberapa pembicara yang ahli di bidangnya, yakni Junanto Herdiawan (Head of Bank Indonesia FinTech Office), Didi Diarsa (pengusaha, penggerak UKM, dan eks pengurus komunitas wirausaha Tangan Di Atas), Vivi Alatas (Lead Economist Bank Dunia program pengentasan kemiskinan), dan Andi Taufan Garuda Putra (CEO Amartha).
Berbagai hal seputar investasi di UMKM mulai dari besarnya peran UMKM dalam memperkuat ekonomi Indonesia, pentingnya peran perempuan dalam penumbuhan ekonomi keluarga, strategi pengentasan kemiskinan di Indonesia, hingga Amartha sebagai platform yang mendukung gerakan inklusi ekonomi dibahas tuntas dalam diskusi ini.
Mengenai peran Amartha dalam membantu UMKM, Andi Taufan selaku CEO Amartha berujar, “Amartha memulai bisnis pinjam-meminjam sebagai lembaga keuangan mikro pada tahun 2010. Kami bertransformasi menjadi P2P lending marketplace, layanan pinjam meminjam online yang menghubungkan peminjam langsung dengan pemberi pinjaman mereka pada tahun 2016.”
Peer to peer (P2P) lending sendiri adalah teknologi marketplace yang digunakan Amartha di dunia investasi untuk menghubungkan pengusaha mikro dan UKM. Amartha menyediakan informasi peminjam dengan menyeluruh, seperti peruntukan pembiayaan, latar belakang, hingga skor kredit yang dimiliki. Investor dapat pula menginvestasikan kembali dana pengembalian dan return yang diterima dalam rekeningnya di Amartha (e-Wallet) atau menarik dananya secara fleksibel kapan saja.
Namun, masalah keamanan investasi online tentunya juga menjadi sorotan. Meskipun saat ini belum ada aturan hukumnya, Junanto mengatakan bahwa saat ini Bank Indonesia tengah bekerja sama dengan OJK, Kemendag, dan Kominfo untuk mengatur regulasi terkait teknologi dan keuangan. Pendekatan sistem investasi online juga terus dilakukan untuk memberikan transparansi dan kenyamanan bagi calon investor.
Bisnis model investasi online ala Amartha ternyata tak hanya fokus pada keuntungan saja, tapi juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya perempuan dari ekonomi kelas bawah. Oleh karena itu, Didi Diarsa memandang perlunya peran komunitas untuk wadah berbagi pengalaman untuk menduplikasi cara naik level dan menggerakkan roda ekonomi. Bukan tak mungkin ke depannya platform online bisa menaikkan omset UMKM 3-4 kali lipat, bisa balik modal, dan punya pencapaian lebih.
Sistem investasi online peer to peer (P2P) lending ke depannya memiliki potensi besar yang membuat sektor UMKM bisa lebih optimis. Amartha menjadi salah satu contoh yang saat ini mengimplementasikan teknologi tak hanya untuk orang-orang di perkotaan saja, tapi mendorong usaha masyarakat bawah untuk lebih maju. Investasi online yang aman juga diharapkan bisa terbentuk seiring dengan masuknya era digital ke dunia investasi.