Mungkin judul artikel ini agak bertolak belakang dengan apa yang sering didengung-dengungkan di kalangan usaha muda terutama di bidang teknologi informasi di Indonesia. Awalnya saya dan teman saya Putra sesama pendiri TeknoJurnal menerapkan sistem kerja fleksibel total tanpa ada deadline yang jelas dan tempat kerja fisik namun setelah perusahaan berjalan beberapa tahun ternyata model seperti ini tidak cocok untuk TeknoJurnal.
Saya menulis artikel ini karena terpancing dengan tulisan oleh Puja Pramudya di blog pribadinya. Ia sendiri adalah pengusaha muda di bidang teknologi informasi yang membangun perusahaan Radya Labs bersama temannya. Di artikel yang ia tulis, ia bercerita tentang perubahan pola kerja sehingga lebih disiplin dan teratur yang berdampak pada meningkatnya performa kerja dia.
Nah, melanjutkan apa yang saya tulis sebelumnya, apa yang dirasakan oleh Puja dengan apa yang dirasakan oleh saya dan teman saya agak mirip. Sebelum saya dan tim di TeknoJurnal merombak pola kerja kami agar lebih teratur, kami bekerja dengan model fleksibel total yaitu kerja kapan saja dan di mana saja. Awalnya secara pribadi saya senang sekali dengan model kerja seperti itu karena bebas dan banyak waktu luang, namun makin ke sini yang saya rasakan model seperti itu malah membuat hidup saya tidak jelas karena batasan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan pekerjaan menjadi terlalu kabur. Hal ini berdampak pada performa kerja yang tidak bagus.
Setelah berpikir cukup panjang mengulas cara kerja yang saya dan tim TeknoJurnal lakukan selama ini, akhirnya di bulan April lalu saya membawakan masalah ini ke Putra sebagai sesama pendiri TeknoJurnal. Kami pun akhirnya sependapat bahwa kami harus merubah total cara kerja selama ini agar lebih teratur apalagi melihat mulai bulan lalu kami memang berencana untuk lebih jauh mendorong performa perusahaan.
Saya dan Putra akhirnya menyusun model kerja yang baru mulai dari memiliki kantor, mengeset jam kerja, mengoptimalkan penggunaan aplikasi manajemen kerjaan seperti Asana, dan lain-lain. Model kerja kami susun dengan menyerap model kerja di perusahaan konvensional dan menggabungkannya dengan model kerja di perusahaan ala startup. Hal itu kami lakukan karena walaupun kami ingin agar pola kerja lebih teratur namun kami juga ingin unsur fleksibilitas tetap ada agar tidak terlalu ketat pola kerjanya dan apalagi memang kerjaan kami seringkali menuntut fleksibilitas waktu.
Kantor kami konfigurasikan agar dapat bekerja dengan optimal dan komunikasi antara anggota tim berjalan dengan lancar namun dengan suasana yang tidak terlalu serius. Di tengah jam kantor ketika waktu istirahat ataupun setelah jam kantor, kami pun sering kali mengadakan sesi bermain game bersama untuk melepas stres kerjaan. Sekarang ini bahkan saya yang dulunya bisa dibilang anti kantor malah menjadi kangen kantor karena bekerja menjadi lebih lancar namun suasana tetap fun.
Setelah mengimplementasikan model kerja yang teratur dan memiliki kantor yang ditata dengan rapih, performa kerja tim TeknoJurnal meningkat tajam dan kultur perusahaan pun semakin terbentuk secara positif. Namun, saat ini hal tersebut belum berdampak di media online-nya yaitu situs TeknoJurnal.com ini karena untuk saat ini mayoritas tenaga tim TeknoJurnal dikerahkan untuk mengurus acara Rock Star Dev 2013 :D
Secara garis besar, apa yang kami lakukan sekarang ini adalah menggabungkan model cara kerja ala perusahaan konvensional dan ala startup untuk mendongkrak performa tim TeknoJurnal. Model seperti ini mungkin tidak cocok untuk sebagian perusahaan dan mungkin bagi sebagian orang memang model kerja fleksibel total cocok untuk mereka, namun penting untuk dipikirkan terutama bagi para pengusaha muda apakah model kerja ala startup yang mereka implementasikan saat ini bagus atau tidak untuk perusahaannya jika memang ingin memajukan perusahaannya.
* pssstttt…. kantor kami terletak di ujung Jalan Kober Depok dan satu atap dengan Studio Independent. Jika ingin berkunjung dan main game bareng kita sangat terbuka :D