Setelah Global Azure Bootcamp 2016 Bandung selesai diselenggarakan, hari ini Dycode dan Dycode X menyelenggarakan Indonesia IoT Developer Day 2016 di Hotel Prama Grand Preanger, Bandung.
Acara ini sendiri diawali oleh Andri Yadi selaku CEO Dycode dan Dycode X yang memberikan topik mengenai “Technologies Opportunities around Internet of Things”. Andri Yadi mengawali acara dengan memperkenalkan diri dan Dycode X terlebih dahulu kepada peserta yang hadir.
Dycode X sendiri merupakan perusahaan yang melakukan pengembangan perangkat Internet of Things untuk hidup yang lebih menyenangkan. Sejauh ini perusahaan tersebut telah mengembangkan beberapa perangkat Internet of Things yang sudah dapat digunakan.
Selanjutnya, Andri menjelaskan mengenai Internet of Things yang merupakan sebuah teknologi, di mana benda atau Things yang memiliki konektivitas dengan Internet dan nantinya dapat mengirimkan data ke server atau cloud untuk dianalisis lebih lanjut sehingga dapat membantu aktivitas sehari-hari atau khusus yang lebih baik.
Menurut Andri, Internet of Things tidak selalu Arduino karena banyak yang dapat digunakan untuk mengembangkan perangkat Internet of Things. Arduino sendiri sebenarnya merupakan Open Source Prototyping Platfrom.
Dalam pengembangan menggunakan platform Arduino ini, pembaca dapat mencoba menggunakan development board buatan Arduino sendiri atau yang lainnya, seperti SanSmart UNO, SanSmart Mega, Roboduino, Bluino (buatan Indonesia), dan masih banyak lagi.
Selain Arduino, banyak juga development board yang hadir dengan platform lain, seperti ARM (Raspberry Pi, Banana Pi, Orange Pi) , Intel (Intel Galileo, Intel Edison) , ESP8266 (NodeMCU, Olimex, ESPino, Thing Dev), DigiSpark, Nucleo, dan masih banyak lagi.
Internet of Things sendiri tidak hanya menggunakan koneksi 3G atau WiFi saja, melainkan banyak teknologi jaringan yang dapat digunakan untuk membuat perangkat Internet of Things dapat berjalan dengan baik, seperti 4G-LTE, WiMax, dab masih banyak lagi.
Pada demonstrasi awal, Andri menjelaskan mengenai perangkat Internet of Things yang dibuatnya untuk mengukur suhu di dalam ruangan dengan menggunakan jaringan LoRa. Jaringan LoRa ini memiliki jangkauan 15 hingga 20 KM dengan Gateway, berbentuk kecil, dan dapat menghemat baterai hingga 10 tahun.
Dalam hal ini Things yang untuk mengukur suhu ini terhubung dengan Gateway menggunakan LoRa. Selanjutnya, Gateway akan mengirimkan data melalui jaringan baik itu 3G, 4G, atau WiFi untuk diteruskan ke cloud.
Untuk bisa mengembangkan Internet of Things ini memerlukan sistem operasi yang dapat berjalan pada development board, seperti Debian, free RTOS, Arch Linux, Yocto Project, Ubuntu Mate, Ubuntu Snapy, Windows 10 IoT, dan masih banyak lagi.
Bahasa pemrograman yang digunakan pada Internet of Things tidak hanya C, C++, C#, melainkan Java, JavaScript, ASM, Python, dan Rust dapat digunakan. Sementara itu, platform pengembangannya bisa mencoba Arduino, Wiring, ESP 8266, Cosa, Particle, Nordic, ARM mbed, Intel, dan masih banyak lagi.
Tool atau IDE yang dapat digunakan untuk pengembangan perangkat Internet of Things ini pembaca dapat mencoba Visual Studio, XCode, Eclipse, CLion, NetBeans, Espruino, ATOM, Sublime, IoTivity, dan masih banyak lagi.
Selanjutnya, Andri Yadi juga menjelaskan layanan cloud yang dapat dicoba untuk mengembangkan Internet of Things yang terdiri dari Azure IoT Hub, AWS IoT, Internet of Things, Google Cloud Platform, GeekNesia, AgnosThings, dan masih banyak lagi.
Sebelum mengembangkan Internet of Things, pembaca sebaiknya mencari kasus yang cocok untuk di implementasikan dengan teknologi ini dan selanjutnya mencari ide atau peluang agar perangkat yang dibuat dapat diterima dan laku di pasar.
Misalnya dalam bidang rumah tangga, telah banyak perusahaan yang mengembangkan perangkat Internet of Things untuk dapat menciptakan smarthome yang memudahkan aktivitas semua orang di dalam rumah.
Selain itu, dalam bidang keamanan, X-Igent yang merupakan startup asal Indonesia baru saja merilis perangkat Panic Button yang merupakan sebuah tombol panik yang bisa terhubung ke ponsel pintar yang selanjutnya dapat diteruskan ke internet.
Dengan menekan tombol Panic Button ini penggunanya dapat menghubungi berbagai pihak berwenang ketika dirinya dalam bahaya agar langsung menuju lokasi penggunanya. Saat ini perangkat Panic Button masih berukuran besar sehingga developer yang membuat perangkat ini sedang mengusahakan agar Panic Button dapat dibuat menjadi seukurang gelang sehingga mudah dibawa.
Kemudian dalam bidang makanan, Andri memberikan produk Internet of Things yang dikembangkan untuk kliennya, yakni Foodgasm. Foodgasm sendiri terdiri dari dua bagian yang terdiri dari aplikasi dan printer.
Foodgasm ini dikembangkan untuk mengatasi masalah di Indonesia yang masih mempermasalahkan bukti fisik ketika telah melakukan reservasi di restoran. Nantinya bagi pengguna Foodgasm yang telah melakukan pada restoran yang terdaftar maka dapat langsung mencetak buktinya pada printer Foodgasm di restoran tersebut.
Tak ketinggalan, Andri juga mendemostrasikan Galon Pintar yang telah dikembangkan oleh Dycode X untuk memudahkan penggunanya dalam mengetahui berapa banyak air yang tersisa pada galon secara jarak jauh dengan menggunakan aplikasi.
Selain itu, penggunanya juga dapat menganalisis pemakaian air dalam galonnya selama beberapa waktu. Menurut Andri, nantinya Galon Pintar ini dapat digunakan untuk langsung memesan galon air pada toko terdekat apabila telah habis.
Terakhir, Andri memperlihatkan printer Internet of Things Allegra yang terhubung dengan platform foto Jepret yang dikembangkannya. Nantinya ketika pengguna sosial media, seperti Instagram atau Twitter mengunggah foto lengkap dengan keterangan hashtag yang telah ditentukan maka printer secara otomatis mencetaknnya.
Printer ini sendiri dapat terhubung ke internet karena digabungkan dengan development board dan programnya dikembangkan sendiri oleh Dycode. Jepret dan Allegra ini sendiri telah banyak digunakan untuk berbagai acara, baik itu pernikahan, pesta, hotel, dan masih banyak lagi untuk menambahkan nilai lebih yang menyenangkan dalam sebuah acara.
Andri Yadi mengatakan bahwa untuk mengembangkan ekosistem dalam Internet of Things di Indonesia, kita dapat juga membantu mengembangkan beberapa hal yang dibutuhkan maker untuk mengembangkan perangkat Internet of Things, seperti development board, tool, framework, cloud atau hal lainnya.
Beberapa contoh development board yang telah dikembangkan oleh developer dari Indonesia adalah Cubeacon EvalBoardAR25 dan Bluino. Sementara untuk cloud yang dikembangkan dari Indonesia terdiri dari GeekNesia, AgnosThings, dan masih banyak lagi.
Untuk belajar lebih mendalam mengenai teknologi Internet of Things ini pembaca dapat belajar lebih jauh lagi dengan mengikuti komunitas Internet of Things, seperti IoT4Bandung atau belajar di Dycode Edu.
*Disclosure : TeknoJurnal merupakan media partner dari Indonesia IoT Developer Day 2016
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…