Artikel ini adalah guest post dari Novistiar Rustandi. Ia adalah seorang konsultan dan pengusaha dengan pengalaman lebih dari 9 tahun di business process dan control improvement, internal auditing, information technology general control, system implementation, dan konsumen Internet. Novis saat ini bekerja sebagai Manager di PricewaterhouseCoopers di Washington, DC. Ia juga adalah founder dari AutoSally dan CoolFounders |
Sudah sejak lama saya ingin mengikuti program inkubator bagi Internet startup. Sampai akhirnya pada Summer 2009 saya membaca artikel di TechCrunch mengenai sebuah program inkubator, Founder Institute, yang baru saja didirikan oleh Adeo Ressi, the founder of TheFunded.com. Berbeda dengan program inkubator lainnya sepertiYCombinator dan TechStars, Founder Institute tidak mengharuskan peserta yang terpilih untuk berhenti dari pekerjaan full-time mereka. Saya, Sanny, dan AutoSally pun mendaftar dan diterima sebagai salah satu startup bagian dari inaugural class dari Founder Institute.
Tujuan utama dari Founder Institute adalah mempersiapkan para peserta agar mereka dapat mengeksekusi ide mereka dengan baik dan tepat dari awal. Eksekusi yang baik adalah faktor yang paling penting bagi keberhasilan sebuah startup, bukan ide. Ide yang sangat bagus tanpa eksekusi yang baik tidak akan memberikan hasil yang optimal, malah mungkin akan gagal. Karena itu kurikulum Founder Institute dibuat sedemikian rupa sehingga segala aspek penting yang bersangkutan dengan memulai sebuah startup yang berhasil dikupas secara habis, mulai dari pengembangan ide, pemilihan nama, pembuatan produk, pembentukan perusahaan, legal dan intellectual property, pemasaran, publikasi, sampai dengan penggalangan dana.
Berdasarkan pengalaman dengan Founder Institute, saya merasakan banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh oleh startups dengan mengikuti suatu program inkubator. Untuk singkatnya, manfaat tersebut saya ringkas dibawah ini:
- Belajar langsung dari pengalaman nyata dari mentor, bukan membaca dari blog, buku, atau media lainnya. Mentor pada umumnya adalah entrepreneur yang sudah sukses menjalankan startup mereka atau pengacara, venture capitalist, dan jurnalis terkenal. Sebagai contoh, sebagian mentor Founder Institute Silicon Valley Summer 2009 Class saat itu adalah Aaron Pantzer (Mint), Trip Adler (Scribd), Phil Kaplan (AdBrite, Blippy), Jason Calacanis (Mahalo), Michael Arrington (TechCrunch), Peter Pham (Photobucket), James Hong (Hot or Not), Munjal Shah (Like.com), Bubba Murarka (Facebook) dan Mark Pincus (Zinga).
- Belajar dari pengalaman-pengalaman mentor yang sangat menarik tetapi tidak dapat diceritakan kepada publik atau dituliskan dalam blog/buku. Contohnya, banyak mentor yang menceritakan pengalaman buruknya dengan angel investor, venture capitalist atau sesame entrepreneur. Mereka tidak bermaksud menjelekkan orang lain, hanya memperingatkan agar kita berhati-hati dan tidak mengalami pengalaman buruk yang sama. Kadang-kadang mereka juga membagikan rahasia dapur mereka. Strateji Zynga untuk mendapat users sudah diceritakan oleh Mark Pincus di Founder Institute sebelum cerita itu dipublish oleh TechCrunch dan membuat heboh. Sayangnya, karena kebanyakan pengalaman itu off-the-record, saya tidak bisa menulisnya diblog ini.
- Mendapat masukan berharga untuk ide atau startup dari orang-orang yang kompeten dibidangnya. Pada Founder Institute, selama program berlangsung, setiap peserta didorong untuk berpartisipasi secara aktif dan banyak berdiskusi dengan para mentor dan peserta lainnya. Tujuannya adalah supaya mereka mendapatkan masukan membangun dan juga masukan yang mematikan. Maksudnya adalah baik, yaitu supaya para calon entrepreneur ini tidak membuang waktu dan tenaga untuk ide yang tidak akan berhasil dan melanjutkan dengan ide lainnya (banyak dari peserta yang memiliki lebih dari satu ide).
- Saling membantu antara sesama peserta. “No founders left behind” adalah semboyan dari Founder Institute yang selalu disebutkan beramai-ramai sebelum dan sesudah setiap session dengan tujuan mengingatkan peserta untuk saling membantu satu sama lainnya agar mencapai sukses. Contohnya, ketika salah satu peserta meluncurkan startupnya, semua peserta lain akan membantu dengan Twitter, Facebook, atau komentar manis dan review yang baik di TechCrunch, iTunes, etc. Atau, ketika salah satu startup mengikuti kompetisi semacam Founder Showcase, para peserta lainnya akan dengan senang hati membantu dengan voting mereka. Ketika salah satu peserta kehilangan co-foundernya dan hampir di drop-out dari program, peserta lain dan mentor membantunya untuk bergabung dengan startup lain yang membutuhkan keahlian yang dia miliki. Startup itu baru-baru ini berhasil mendapat investasi dari beberapa angel investors terkenal sebesar $1 million!
- Mendapat banyak kesempatan untuk pitching ide atau startup didepan angel investor atau venture capitalist terkenal. Mereka ini menerima puluhan, bahkan ratusan aplikasi startup setiap bulannya. Kalau startup mengirimkan aplikasi mereka secara langsung, kemungkinan mendapat kesempatan pitching sangat kecil.
- Membangun relasi dengan orang-orang penting didunia startup seperti founder, angel investor, dan venture capitalist dan mendapat kesempatan untuk mencari mentor/Board Member dan co-founder yang berkualitas.
- Memperbesar kemungkinan untuk diliput oleh media dan blog terkemuka seperti TechCrunch, VentureBeat, Mashable, dan ReadWriteWeb. Liputan dari media dan blog terkemuka sangat membantu bagi startup (silahkan baca tulisan saya Efek TechCrunch Bagi Peluncuran Startups). Tetapi, untuk dapat diliput oleh mereka tidaklah gampang. Sejauh ini hampir semua peluncuran startup lulusan Founder Institute diliput oleh TechCrunch atau blog terkemuka lainnya.
- Mendapat kesempatan untuk menggunakan jasa-jasa partner dari program inkubator dengan diskon yang besar atau gratis. Peserta yang diterima di Founder Institute inaugural class dapat menggunakan first service provider seperti jasa legal yang diberikan oleh Wilson Sonsini Goodrich & Rosati (WSGR) dan Microsoft BizSpark. Sekedar informasi, WSGR adalah salah satu law office terkemuka di dunia. Kalau tidak melalui Founder Institute, hanya sedikit startups yang sanggup untuk membayar fee mereka.
Membayangkan betapa besarnya manfaat yang dapat diperoleh oleh #startuplokal dari program inkubator semacam Founder Institute, saya meminta Adeo Ressi untuk membuka Founder Institute Jakarta. Saya juga menceritakan ke Adeo mengenai gairah startup dan potensi bisnis Internet di Indonesia. Adeo ternyata sudah mendengar juga mengenai potensi Indonesia dan dia tertarik untuk melihat kemungkinan membuka Founder Institute di Jakarta.
Untuk sekarang ini, startup di Indonesia sangat beruntung karena majalah SWA mau memberikan dukungannya dengan mengadakan SWAStartup, sebuah program inkubator mirip dengan Founder Institute. Saya percaya #startuplokal akan mendapat banyak keuntungan dengan mengikuti program inkubator ini. Bagi mereka yang berminat bisa mendapat informasi lebih lengkap mengenai SWAStartup di sini atau dengan menghubungi @nataliardianto, @nuniek, atau @sagad di Twitter. Cepat sebelum pendaftaran ditutup tanggal September 30, 2010!
[cb]Founder Institute[/cb]