Nodeflux Hadirkan Pembuat Robot Gundam di Seri VisionAIre Pertama


VisionAIre header[Dokumentasi Nodeflux]

Perusahaan vision AI (Artificial Intelligence) pertama dan terbesar di Indonesia, Nodeflux menggoreskan tinta pertama acara VisionAIre pada Hari Minggu (25/3) kemarin di Jakarta.

VisionAIre merupakan sebuah forum diskusi seputar kecerdasan buatan, dari mulai inovasi, tantangan, serta tren yang sedang berkembang. Melalui forum ini, Nodeflux mengajak para ahli, praktisi, dan penggiat teknologi kecerdasan buatan untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Saat ini, kecerdasan buatan sudah menjadi salah satu bahan bakar dalam perkembangan revolusi Industri 4.0 sekaligus Society 5.0, yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi digital.

Untuk itulah, Nodeflux menyelenggarakan VisionAIre, dengan seri perdana yang menghadirkan Professor Pitoyo Hartono, yakni ilmuwan kecerdasan buatan asal Indonesia yang cukup berhasil di Jepang. Professor di bidang jaringan saraf buatan dari Department of Mechanics and Information di Chukyo University ini merupakan salah satu pemimpin proyek di Gundam Global Challenge (GGC).

Bagi yang belum tahu, GGC adalah sebuah ajang pencarian bakat dan inovasi spektakuler dengan tujuan untuk menyatukan ilmu robotika, filosofi, teknologi, imajinasi sekaligus unsur seni di dalamnya. Kompetisi ini diluncurkan pertama kali pada tahun 2018, dalam rangka merayakan 40 tahun serial TV animasi Jepang yang legendaris, berjudul ‘Mobile Suit Gundam’.

VisionAIre Pitoyo[Dokumentasi Nodeflux]

Dalam pengembangan proyek GGC, pembuatan robot raksasa difokuskan pada komponen-komponen utama, seperti actuators dan mechanical, power, sensor, serta controller. Actuators dan mechanical berfungsi untuk motorik robot, power berfungsi untuk sumber energinya, sensor berfungsi sebagai pelengkap sistem indra, dan controller berfungsi sebagai otak dari robot tersebut.

“Bicara soal ilmu pengetahuan, mengidentifikasi permasalahan-permasalahan baru merupakan hal yang sangat penting. Adaptasi teknologi bisa lebih cepat dan efektif, jika kita mau keluar dari comfort zone, dan tidak takut terhadap teknologi itu sendiri,” tutur Pitoyo Hartono saat berbagi pengalamannya.

Namun menurut Beliau, Indonesia memiliki masalah baru di mana masih memiliki budaya penelitian yang sangat kurang. Oleh sebab itu, Beliau menegaskan bahwa perlu adanya sinergi antara akademia dan industri untuk mempercepat penemuan solusi sekaligus meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya.

“Sebagai acara perdana VisionAIre ini, kami sangat berantusias untuk mengundang Prof. Pitoyo Hartono dalam memberikan pandangan baru terkait dengan terobosan di bidang A.I. Tujuan kami ingin memberikan inspirasi kepada masyarakat dan anak muda Indonesia bahwa kualitas SDM Indonesia mampu bersaing di kancah global,” jelas Meidy Fitranto, CEO Nodeflux.