Pay Per Download – Model Monetasi Aplikasi Mobile yang Paling Dasar


Top Paid Apps

Pay per download adalah model monetasi mobile yang paling dasar dan yang paling mudah untuk diimplementasikan untuk para pengembang aplikasi. Model monetasi ini dalam bahasa Indonesia bisa juga disebut model monetasi “aplikasi berbayar”.

Memang di jaman sekarang ini yang sedang ngetren adalah model freemium di mana aplikasinya didistribusikan secara gratis dan diimplementasikan model monetasi in-app purchase untuk mengeruk keuntungannya. Namun ini bukan berarti model aplikasi berbayar sudah tidak berlaku lagi.

Di Indonesia, sebetulnya sudah ada beberapa pengembang aplikasi mobile yang berhasil mengimplementasikan model monetasi aplikasi berbayar walau tidak begitu banyak. Namun, khusus untuk pengembang aplikasi Android di Indonesia terdapat halangan di mana hingga saat ini masih belum dapat menjual aplikasi di Google Play kecuali menggunakan trik khusus.

Mendorong Penjualan Aplikasi

Dari hasil pengamatan saya dan perbincangan dengan teman-teman pengembang aplikasi, ada beberapa poin penting agar sebuah aplikasi dapat sukses dijual dan dibeli oleh banyak orang. Poin-poin tersebut adalah sebagai berikut:

  • Harus memiliki kualitas yang bagus dan memang konten / fitur aplikasinya layak untuk dijual.
  • Sediakan versi lite dari aplikasinya agar pengguna dapat mengetes aplikasinya sebelum membeli. Hal ini penting karena banyak pengguna ponsel yang kritis dalam membeli aplikasi sehingga ingin mencoba terlebih dahulu.
  • Set harga aplikasinya sesuai dengan fitur / konten dan target penggunanya.
  • Aplikasinya harus benar-benar berguna dan bermanfaat.
  • Materi promosi (screenshot aplikasi, deksripsi, judul, dll) harus dibuat secara menarik dan bagus.
  • Rating di toko aplikasi harus bagus agar calon pembeli semakin percaya untuk membeli aplikasinya.
  • Aplikasinya harus rutin diperbaharui untuk menjaga kualitas.

Sebagai referensi tambahan, dari 20 aplikasi berbayar teratas di Google Play dan iTunes (yang dicek pada saat artikel ini dibuat), game adalah jenis aplikasi yang menempati porsi paling banyak di kedua toko aplikasi tersebut disusul dengan aplikasi kategori “tools” untuk di Google Play dan aplikasi kategori “photo and video” di iTunes.

Contoh Aplikasi Berbayar yang Sukses

Hi-Q MP3 Recorder

Salah satu aplikasi buatan pengembang aplikasi Indonesia yang berhasil menggunakan model aplikasi berbayar adalah aplikasi Hi-Q MP3 Recorder buatan Yuku Sugianto. Fungsi dari aplikasi ini sangat sederhana sebetulnya sesuai dengan nama aplikasinya yaitu untuk merekam suara.

Walaupun aplikasi ini fungsinya sederhana, namun sudah diunduh serta dibeli puluhan ribu kali berdasarkan statistik yang ditampilkan di Google Play. Menurut Yuku selaku pengembang aplikasi ini, aplikasi ini bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan mikrofon di ponsel berbasis Android karena kualitas rekaman yang dihasilkan dengan perekam built-in di ponsel tidak bagus. [tautan aplikasi]

Biografi Sukarno

Di platform iOS, ada juga pengembang aplikasi lokal yang berhasil memanfaatkan model monetasi aplikasi berbayar dan salah satunya adalah Enervolution dengan aplikasinya biografi Sukarno. Aplikasi ini menggambarkan secara detail tentang Sukarno bahkan hingga rekaman pidato-pidato Sukarno pun ada dan aplikasinya resmi bekerja sama dengan yayasan yang menaungi segala macam hal tentang Sukarno.

Aplikasi Sukarno dijual seharga $1,99 dan pernah bertengger di jajaran “Top Paid iPhone Apps” di Apple App Store. Berdasarkan informasi dari pembuatnya, semenjak aplikasi Sukarno berada di jajaran “Top Paid iPhone Apps”, penjualan aplikasinya meningkat hingga berkali kali lipat. [tautan aplikasi]