Perbandingan Penggunaan Data pada Aplikasi yang Ada di Ponsel


Data

Berbicara tentang dunia ponsel jaman dahulu akan sangat jauh berbeda apabila kita bandingkan dengan ponsel jaman sekarang. Satu hal yang sudah pasti sangat berbeda selain dari sisi antarmuka pengguna adalah tentang penggunaan internet. Hampir sebagian besar pengguna ponsel jaman sekarang sudah tidak dapat terhindar lagi dari penggunaan internet pada aplikasi di ponselnya.

Gambaran Umum Pengguna Internet Indonesia

APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pernah melaporkan data pengguna internet pada tahun 2010 yaitu mencapai 45 Juta pengguna dan di tahun 2012 ini telah pengguna internet telah mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi negara ini. Bila melihat juga hasil survey MarkPlus Insight di tahun yang sama dapat diperoleh informasi bahwa 95% penggunanya mengakses internet melalui perangkat bergerak (notebook, netbook, tablet dan ponsel).

Untuk ponsel seperti yang kita ketahui persentase pengguna ponsel di Indonesia masih dikuasai oleh pengguna ponsel biasa (feature phone) dibandingkan dengan pengguna ponsel pintar (smart phone). Sebagai gambaran saja pada tahun 2012 Facebook pernah melakukan klaim bahwa setidaknya ada 100 juta ponsel biasa yang mengakses Facebook. Ini menunjukkan bahwa internet sudah banyak digunakan oleh kalangan menengah kebawah.

Dilihat dari beberapa data di atas, ada hal yang menarik di sini. Bila pengguna ponsel sering menggunakan aplikasi yang membutuhkan koneksi internet, pastinya ada pengeluaran khusus yang mau tidak mau dianggarkan untuk biaya internet. Secara kultur, masyarakat Indonesia biasanya mencari harga murah untuk pengeluarannya dalam hal ini internet. Ada beberapa cara selain menggunakan paket internet murah dari operator untuk menekan pengeluaran internet yaitu salah satunya menggunakan aplikasi ponsel yang bisa menghemat pemakaian data.

Bagaimana Cara Aplikasi Menghemat Penggunaan Data?

Kompresi data dengan menggunakan konsep cloud computing adalah salah satu solusinya. Beberapa contoh aplikasi yang populer digunakan adalah Opera Mini, BiNu, Blaast dan lain sebagainya. Aplikasi-aplikasi tersebut meperkecil konsumsi data dengan mengkompresi data asli yang akan dikirimkan ke pengguna di backend sistem mereka. Intinya pengguna akan menerima informasi dengan besar ukuran file yang jauh lebih kecil dari ukuran aslinya.

Sebagai contoh kasus adalah ketika seorang pengguna mengakses Facebook dari peramban bawaan ponsel mereka maka ukuran file yang diterima kira-kira sebesar 15-20 KB. Hal ini akan berbeda jika pengguna tersebut menggunakan aplikasi eksternal seperti contohnya Opera Mini. Ukuran yang diterima jika mengakses Facebook dari Opera Mini berada di kisaran 9-10 KB saja. Dengan begitu, pengguna internet melalui ponsel dapat lebih mengirit kuota paket data mereka (jika berlangganan).

Sebagai contoh lagi, jika seorang pengguna memiliki paket data berkuota 25MB per hari maka dengan menggunakan aplikasi seperti Opera Mini orang tersebut akan menikmati sekitar 250 halaman Facebook. Bandingkan dengan menggunakan peramban bawaan dari sebuah ponsel yang hanya bisa mengakses sekitar setengahnya (125 halaman Facebook).

Nah berbicara soal kompresi data, saya tertarik untuk membandingkan aplikasi apa yang lebih banyak menghemat data. Pengetesan kali ini melibatkan 2 aplikasi yaitu Opera Mini, Blaast, dan sebagai tambahan saya juga membandingkan dengan peramban bawaan Nokia terbaru, Nokia Xpress. Pengetesan dilakukan dengan mengakses Facebook dari ketiga aplikasi tersebut. Untuk Blaast sendiri, sudah disediakan aplikasi Facebook bawaan mereka. Dalam pengujian kali ini saya menggunakan ponsel Nokia Asha 303. Berikut adalah hasilnya:

Data Comparison

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari tes yang dilakukan aplikasi Blaast ternyata mampu menjadi yang terbaik dalam pengkompresian data. Sayangnya saya tidak sempat membandingkan dengan aplikasi yang serupa dengan Blaast, semisal biNu.

Bagi pembaca yang ingin mencoba aplikasi Blaast bisa mengunduhnya di link ini (saya melakukan pengetesan dengan menggunakan ponsel Nokia Asha 303)

[ilustrasi foto oleh Shutterstock]