Platform Smartphone Seperti Apa yang “Bagus” di Mata Konsumen?


Ada yang bilang bawah sebagian besar orang tidak mengganti merek deodoran mereka. Mereka memilih satu merek yang digunakan dari zaman ABG, dan sudah “nempel” dengan produk tersebut dalam waktu yang sangat lama. Menurut mereka “kalau produknya masih bagus kenapa harus ganti?”

Teori ini bisa secara kasar kita samakan dengan teori tentang konsumen yang ingin berganti smartphone. Sekali mereka menentukan tipe smartphone, apakah itu Apple iOS, Google Android, RIM BlackBerry atau smartphone platform lainnya, akan sangat sulit untuk berpindah di kemudian hari. Konsumen biasanya akan memiliki rasa nyaman dengan interface, bentuk fisik, design, aplikasi yang ada dan mereka beli di platform tersebut, bahkan sampai tingkat gengsi individu.

Many Smartphone Customers Are Still Up for Grabs – NYTimes.com

Pernyataan di atas menarik buat saya. Memang benar sulit untuk mengubah konsumen untuk berpindah ke produk lain. Sama halnya dengan mempengaruhi kebanyakan orang untuk pindah dari Windows OS atau MAC atau Linux. Nah, keadaan seperti ini ternyata dimanfaatkan para vendor hardware sebagai lahan bisnis yang menguntungkan (walaupun tidak berjaan untuk Apple).

Jika kita lihat cerita di awal, pernyataan “Kalau produknya bagus kenapa harus ganti?” merupakan sebuah kata kunci. Kondisi dimana konsumen tidak akan berpindah ke lain hati dan tetap loyal pada produk anda adalah “Kalau produknya bagus”. Bagus di sini bisa meliputi performa, kenyamanan dan lain sebagainya. Sama seperti produk deodoran, jika produknya masih bagus dan memang bekerja dengan benar, mereka tidak akan mau pindah sekalipun kompetitor muncul dengan wangi baru, lebih tahan lama dan harga yang jauh lebih murah. Konsumen sudah terbiasa dan lebih sering punya rasa ragu daripada optimis terhadap produk baru. Agak konservatif memang, tapi itulah kenyataanya yang ada .

Dengan konsep pikir seperti itu, memang bisa kita kaitkan sama persis dengan keadaan orang berganti smartphone. Tetapi ada perbedaan yang unik dengan pasar smartphone. Kata kunci “kalau produknya bagus” menjadi sangat fleksibel dan bergantung pada penilaian, gaya hidup, dan kebutuhan konsumen yang terus berkembang dari hari ke hari. Kita bisa lihat bagaimana dulu Nokia menjadi raja handphone mengalahkan kompetitor lain seperti LG, Mottorola dan Ericcsson. Konsumen sudah sangat nyaman dan berpendapat produk Nokia sudah bagus dan tidak ada yang menandingi. Begitu juga dengan BlackBerry, banyak orang yang tidak bisa lepas dari Blackberry. Tetapi begitu produk lain keluar serta bisa memposisikan produknya menjadi “produk yang bagus”, kita lihat perkembangannya sekarang, sudah banyak pengguna Nokia dan BlackBerry yang berpindah ke lain hati.

Faktor-faktor di atas juga didukung pula dengan seberapa jauh smartphone tersebut bisa membantu konsumen. Membantu disini bisa dari segi komunikasi, gaya hidup, pekerjaan, hiburan, gengsi dan produktivitas. Semakin bisa sebuah smartphone memenuhi kebutuhan konsumen, yang notabene unik (tergantung dari pekerjaan, jenis kelamin, dll) maka smartphone tersebut akan “menempel” pada penggunanya. Dan saat ini kemampuan sebuah smartphone untuk membantu, bisa dilihat dari jenis konten aplikasi yang dimiliki, semakin si pengguna merasa nyaman dengan aplikasi yang di tawarkan, kemungkinan berpindah ke lain hati semakin rendah.

Android dan iOS serta RIM telah berhasil menerapkan strategi ini. Mereka juga telah membentengi posisi mereka dengan menciptakan sebuah ekosistem yang salaing bergantung. Mulai dari Apple dengan iPhone, Mac, iPod, iPad. Kemudian Android dengan smartphone Android dan tablet Android. Sedangkan RIM walaupun semakin menurun, mereka juga memiliki ekosistem yang saling bergantung mulai dari BlackBerry, PlayBook, hingga BlackBerry Messenger. Mereka memiliki platform yang bagus, smartphone yang nyaman, serta aplikasi yang membantu konsumen, sehinga si konsumen itu setidaknya merasa “produk ini masih bagus” di tengah gempuran platform lainnya. Terlalu dini untuk bilang iPhone dan Android akan bertahan lama walaupun didukung dengan potensi yang sangat besar, karena kata “bagus” untuk sebuah smartphone dan platform ada di kenyamanan konsumen yang abstrak.