Ada tiga pembicara yang dihadirkan di Mobile Monday kali ini. Ketiga pembicara ini merupakan praktisi dan juga perusahaan yang memang bermain di dunia mobile video. Ketiga pembicara tersebut adalah:
Pembicara pertama, Dharma Simorangkir dari NSN, membahas mengenai monetisasi dari mobile video dan bagaimana caranya mengoptimalisasi di jaringan mobile. Menurut data yang beliau sampaikan, diperkirakan di 2015 mobile video akan memiliki trafik yang cukup besar mencapai 2/3 atau 66% dari trafik mobile internet. Di Indonesia sendiri juga terjadi lonjakan 25 kali lipat untuk akses mobile video.
Mobile video sendiri saat ini sedang di kuasai oleh Netflix yang notabene 2 tahun yang lalu mereka baru di luncurkan. Dan menurut survei, Netflix sendiri melampaui YouTube untuk urusan kenyamanan akses video pilihan pengguna di Amerika Serikat.
Pemain-pemain besar mobile video baru juga sudah bermunculan, dan bukan hanya dari vendor OEM dan perusahaan konten saja, bahkan provider telekomunikasi pun juga sudah mulai masuk. Ditambah dengan adanya Apple TV, AT&T video, dan juga Google TV, bisa dibilang mobile video tinggal menunggu waktu saja.
Dharma juga membahas mengenai tantangan di mobile video. Tantangan utamanya adalah konektivitas, yang biasanya membuat user sering meninggalkan video sebelum selesai streaming. Kemudian ada masalah quota yang terbatas, padahal mobile video sangat memakan quota dari si penggunanya.
Solusinya mungkin memang bisa dengan penambahan quota atau bahkan membuat unlimited quota. Tetapi ternyata ditengah maraknya konten digital dan perkembangan serta keuntungan yang di dapat dari aplikasi mobile serta konten digital, kesemua itu masih tidak sebanding dengan biaya pembangunan jaringan dan juga keuntungannya hanya sepersekian persen dari keseluruhan keuntungan yang didapat pihak vendor telekomunikasi.
Disini Dharma juga mengatakan solusi yang lebih baik untuk mengimbangi permintaan akan mobile video adalah dengan LTE, yang memang didesign untuk data. LTE sendiri menyuguhkan penigkatan di latency, dan kecepatan akses data.
Kemudian untuk disisi operator telekomunikasi, NSN mencoba menawarkan personalized billing, bukan quota. Pihak NSN menamakan solusi mereka ini dengan QoS differentiation NSN. Berikut adalah video yang menerangkan lebih detil mengenai apa itu QoS differentiation NSN.
Pembicara kedua datang dari Vuclip diwakili oleh Nickhil Jakatdar. Disini Nickhill lebih fokus membahas sudut pandang konsumen terhadap mobile video dan ekosistem yang diperlukan untuk menjalankan layanan mobile video agar digemari dan juga menghasilkan revenue.
Menurut Nickhill, perangkat mobile terutama smartphone dan tablet, akan mulai mengambil alih peran PC untuk akses video di tahun 2014. Nickhill juga menambahkan hampir semua perangkat mobile memiliki fitur video player, jadi sangat mungkin sekali perangkat mobile mengambil pasar PC di tiga tahun mendatang.
Vuclip sendiri di tahun ini memiliki perkembangan yang cukup pesat. Tercatat akses sebesar 750 TB setiap bulannya, dan 20 juta pengguna/bulannya. Vuclip juga mencatat fitur “search” dan sharing konten di social media berhasil mendongkrak aktifitas pengguna di Vuclip.
Sedangkan untuk ekosistem dari mobile video, Nickhill memaparkan ada 4 stakeholder penting yaitu konsumen, conten provider, OEM dan juga advertiser. Jika keempat ekosistem itu mampu dioptimalkan dalam layanan mobile video, maka paling tidak layanan tersebut akan bisa menyamai sukses dari Vuclip yang notabene merupakan mobile video keempat yang sering diakses pengguna di Indonesia.
Menurut data Vuclip, pengguna di Indonesia sendiri kebanyakan melakukan akses mobile video melalui iPhone, BlackBerry dan juga Nokia. Di Indonesia mobile video juga dibantu dari breaking news yang ada, yang kadang orang juga menginginkan media lain selain gambar. Dan biasanya pilihan mereka jatuh ke video.
Mobile video juga bisa mendapatkan keuntungan tambahan dari konten freemium option. Contohnya seperti portal musik video, video alerts, video ringtones, movie portal dan lain-lain. Poin-poin tersebut sangat bisa dimanfaatkan oleh content provider, provider telekomunikasi, hingga advertiser.
Sedangkan pembicara yang terakhir, datang dari Dotus Indonesia yang diwakili oleh Remko Weingarten. Pada kesempatan kali ini Remko menunjukan aplikasi idfilmcenter di Playbook. Aplikasi ini sendiri adalah aplikasi mobile video yang mengusung konten lokal Indonesia. Menurut mereka konten lokal merupakan nilai plus dari pengembangan mobile video di tiap negara.
Fitur yang diusung adalah Film Archive, database film yang besar (mereka mengklaim memiliki film dari tahun 1926 hingga saat ini) dan banyak lagi fitur lainnya.
Selain berjalan di Playbook, Remko mengatakan aplikasi ini akan tersedia di Android dalam waktu dekat. Dengan keunggulan database film yang besar, nampaknya aplikasi ini layak diperhitungkan di persaingan mobile video Indonesia.
~
Dari ketiga pembicara diatas rasanya kita sudah cukup mengetahui bagaimana pasar mobile video akan berkembang, bagaimana kendalanya, apa saja solusinya, serta bagaimana cara memonetisasi kontennya. Nah pertanyaan bagi anda yang berminat memulai layanan mobile video, apakah anda siap terjun ke mobile video?
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…