Menurut saya tema yang dimunculkan pada meetup kali ini sangat menarik, apalagi acara ini juga didukung oleh Nokia yang notabene kompeten dalam bidang aplikasi mobile tentunya. Tidak hanya temanya saja yang menarik, tetapi juga para pembicaranya yang cocok dan tentunya berkompeten dalam bidangnya. Dengan ini semakin banyak acara yang mulai fokus di perkembangan dunia mobile. Baik dari aplikasi mobile hingga bagaimana cara mendapatkan profit dari aplikasi tersebut. Semoga semakin banyak para mobile developer Indonesia yang bisa memunculkan karya-karya terbaik mereka kedepannya.
Berikut adalah press release resmi dari suWec untuk para pembaca TeknoJurnal yang tidak dapat hadir di meetup suWec:
[spoiler intro=”Press Release”]
Besarnya pengakses internet mobile ternyata belum bisa diimbangi jumlah produksi aplikasi dari mobile developer Indonesia. Hal itu sangat disayangkan Narenda Wicaksono, Developer Marketing Manager Nokia Indonesia. Menurut Narenda, ada sekitar 209 juta pengguna internet mobile Indonesia yang seharusnya bisa menjadi pasar potensial untuk karya para mobile developer lokal.
Dalam paparannya di acara pertemuan Surabaya Web Community (suWec) pada Sabtu (2/4), Narenda mengharapkan para mobile developer Indonesia bisa menggali berbagai macam potensi lokal untuk kemudian dibuatkan aplikasi mobile-nya. Narenda juga mengingatkan, sebaiknya para mobile developer jangan terpaku pada platform, tetapi juga harus berfikir bagaimana produk aplikasinya bias menghasilkan uang.
Selain Narenda, hadir pula Zainal Abidin (pemenang Hackathon Bancakan), Ahmad Masykur (pembuat aplikasi pengingat jadwal shalat), dan Bernardus Sumartok (praktisi media digital) sebagai pembicara. Pertemuan yang fokus membahas tentang potensi aplikasi mobile tersebut digelar di Hotel Novotel Surabaya.
Ahmad Masykur, seorang mobile developer yang aplikasinya diunduh sebanyak 30 ribu kali hanya dalam tiga minggu, mengatakan, pembuatan aplikasi sebaiknya didasari oleh kebutuhan calon pengguna. Meskipun itu kebutuhan kecil. Aplikasi pengingat jadwal shalat yang ia buat, misalnya. Banyak orang berharap, ada aplikasi pengingat jadwal shalat dalam perangkat mobile yang juga bisa menyesuaikan lokasi keberadaan penggunanya. Akhirnya, dari kebutuhan itu, Masykur membuat aplikasi mobile-nya.
Hampir sama dengan Masykur, dasar Zainal membuat aplikasi mobile adalah kebutuhan sehari-hari. Zainal membuat aplikasi jejaring sosial berbasis mobile untuk lokasi tempat kuliner. Dengan aplikasinya tersebut, ia berharap orang akan semakin mudah menemukan tempat kuliner yang tepat melalui perangkat mobile.
Sementara Sumartok, dalam pertemuan tersebut lebih menyoroti tentang bagaimana sebaiknya tata letak serta tampilan aplikasi mobile seharusnya dibuat. Menurut Sumartok, aplikasi yang baik adalah aplikasi yang tidak menyulitkan penggunanya dan bekerja sesuai fungsinya.
Pertemuan yang dihadiri para pemerhati dan pengembang mobile dari Yogyakarta, Madura, Surabaya dan sekitarnya tersebut diakhiri dengan workshop QT Smartphone. Workshop yang dipandu Erick Kurniawan (Nokia Indonesia Community Enthusiasts Lead) tersebut dimaksudkan agar para mobile developer dapat langsung berpraktek mengembangkan aplikasi mobile dengan software QT.
[/spoiler]
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…