Beberapa bulan belakangan ini, saya semakin sering melihat orang-orang menggunakan tablet di berbagai tempat mulai dari gerbong kereta, angkot, hingga di rumah. Jenis penggunanya pun saya lihat bermacam-macam, ada yang PNS, ibu rumah tangga, anak kecil, karyawan swasta, dan lain-lain. Hal ini menarik karena jika tahun lalu kata “tablet” atau “iPad” masih awam di pikiran kebanyakan masyarakat Indonesia, kini tablet sepertinya semakin menjadi hal yang lumrah.
Di antara berbagai jenis tablet, yang paling sering saya temui adalah tablet berbasis Android dan iPad. Jika iPad sering saya temukan di genggaman para profesional di bidang TI atau di kawasan-kawasan elit Jakarta atau kota besar lainnya, pengguna tablet berbasis Android lebih sering saya temukan di kalangan menengah ke bawah.
Merambahnya tablet berbasis Android di kalangan mengengah ke bawah tidaklah aneh melihat kini tablet berbasis Android murah-meriah semakin gencar dipromosikan oleh para pedagang-pedagang gadget. Coba saja datang ke tempat-tempat seperti Plaza Jambu Dua di Bogor, Depok Town Square di Depok, atau di Mal Ambassador di Jakarta. Bisa dilihat bahwa para pedagang berlomba-lomba untuk menjual tablet berbasis Android yang murah meriah ke pada para pengunjung.
Murahnya tablet berbasis Android yang beredar di Indonesia saat ini tentu adalah salah satu faktor pendukung yang mendorong adopsi tablet di kalangan menengah ke bawah masyarakat Indonesia. Murahnya pun tak kira-kira, dengan mudah kita bisa menemukan tablet berbasis Android yang dijual dengan harga ratusan ribu. Beberapa vendor tablet seperti Cyrus dan merek-merek lokal lainnya menyediakan berbagai macam variasi tablet berbasis Android dengan harga yang murah.
Dari yang saya lihat, kebanyakan yang membeli tablet berbasis Android murah meriah menggunakan tabletnya sebagai perangkat untuk bermain, terutama bermain Angry Birds :). Jika dulu pada tahun 90-an perangkat semacam Game Boy yang menjadi idaman anak kecil untuk bermain, kini sudah berubah trennya menjadi tablet. Dan, uniknya banyak dari mereka yang menyebut tabletnya dengan kata iPad walaupun sebetulnya bukan.
Selain karena promosi yang kencang dari para vendor tablet berbasis Android dan harganya yang murah, saya rasa faktor lainnya yang ikut mendorong perkembangan ini adalah maraknya iPad dipromosikan di berbagai macam media. Melihat sifat orang Indonesia yang cukup cepat dan ingin mengadopsi teknologi baru, mereka yang tidak bisa membeli iPad maka membeli tablet berbasis Android yang murah meriah. Mungkin mirip kasusnya dengan ponsel Nexian dan Blackberry waktu dulu di mana mereka yang ingin chatting dengan BBM di Blackberry namun tidak mampu membelinya maka mereka menggunakan ponsel Nexian dengan Nexian Messengernya.
Apakah dengan semakin maraknya pengguna tablet di kalangan menengah ke bawah di Indonesia maka ini membuka peluang baru bagi pengembang aplikasi? Menurut saya iya namun juga bukanlah hal yang mudah untuk menjangkau kalangan menengah ke bawah ini untuk soal aplikasi di tablet. Pengembang aplikasi harus pintar-pintar berkreasi tentang aplikasi semacam apa yang akan laku untuk tablet murah meriah dan bagaimana cara mendistribusikannya.