[Sumber: Pixabay]
Setelah mencari dan tidak menemukan solusi sistem cache yang sesuai, LinkedIn memutuskan untuk mengembangkan solusi sistem cache sendiri. LinkedIn telah melihat beberapa pilihan solusi, seperti cache URL sederhana, Realm, atau hanya dengan menggunakan serialisasi model untuk disk. Akan tetapi, LinkedIn tidak menemukan solusi yang sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, LinkedIn membangun Rocket Data, yaitu sebuah model sistem manajemen non-blocking dan kekal dengan menggunakan sebuah lapisan sinkronisasi tetap, sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Rocket Data merupakan sebuah API sederhana yang dapat digunakan untuk menghubungkan data ke key-value stores dan digunakan dengan berbagai macam cache dengan mudah.
Dengan menggunakan Rocket Data, para developer hanya memerlukan sedikit pengerjaan tambahan untuk menambahkan sistem cache dalam semua fitur dalam aplikasi mobile LinkedIn yang baru. Cache dan data provider akan secara otomatis disimpan secara konsisten pada seluruh layar tanpa memerlukan penambahan kode untuk setiap migrasi.
LinkedIn percaya bahwa produknya ini juga dapat memberikan beberapa keuntungan untuk produk-produk lainnya. Dengan fleksibilitas Rocket Data, produk-produk lain dapat bekerja dengan beberapa model dan solusi sistem cache. Oleh karena itu, LinkedIn juga telah merilis layanan ini secara open-source.
Bagi para developer yang tertarik untuk menggunakan layanan Rocket Data, LinkedIn telah merilis ketersediaan Rocket Data pada laman GitHub. LinkedIn berharap Rocket Data dapat berguna bagi komunitas.
[Via Appdevelopermagazin]