Pada tanggal 11 Maret 2016, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (FIKTI) Universitas Gunadarama mengadakan acara seminar mengenai “Being Smart with Smart City”. Acara tersebut merupakan rangkaian dari acara Technofair 2016 yang bertujuan untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan pelajar di bidang teknologi.
Beberapa pembicara yang dihadirkan dalam acara ini adalah Setiaji selaku Director Smart City Jakarta Project dan Sofian Hadiwijaya selaku Technology Evangelist di PT Kudo Teknologi Indonesia. Untuk yang berkesempatan untuk memberikan materi mengenai smart city pertama adalah Setiaji. Dirinya menjelaskan mengenai konsep Jakarta Smart City.
Setiaji menjelaskan beberapa alasan mengapa Jakarta harus menerapkan smart city. Beberapa alasan di antaranya adalah tidak adanya media untuk warga dalam melaporkan masalah, banyaknya pungutan liar dalam pengurusan perizinan, dan data yang tersedia tidak dapat digunakan oleh masyarakat.
Selain itu, tidak adanya sistem penganggaran yang transparan. Minimnya fasilitas publik yang layak pakai dan terawat serta banjir bertahun-tahun yang tak kunjung pernah selesai. Hal ini yang menjadi alasan mengapa Jakarta menerapkan smart city yang diharapkan menjadi sebuah solusi dan kemajuan bagi pemerintah Jakarta serta warganya.
Setiaji menjelaskan bahwa hal yang paling penting dalam kemajuan negara adalah kepercayaan. Karena banyak negara yang maju dan sudah menerapkan smart city, tetapi warga nya tidak banyak berkontribusi di dalamnya. Hal tersebut adalah permasalahan dari tidak adanya kepercayaan. Dengan adanya smart city ini, membuat semua lebih transparansi antara pemerintah dan masyarakat umum.
Selain itu, Setiaji menjelaskan visi dari Jakarta Smart City adalah Jakarta baru yang inovatif dan efisien. Sedangkan misinya adalah mewujudkan Jakarta baru yang informatif dan transparan serta mendukung kolaborasi melalui pemanfaatan teknologi untuk pelayanan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, hal yang menjadi fokus Jakarta Smart City adalah pemerintah yang mendengarkan serta menghubungkan dengan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam memajukan Jakarta.
Saat ini pemerintah Jakarta mempunya Jakarta Smart City Lounge yang dapat mengontrol seluruh kota Jakarta. Pemerintah juga sudah banyak menyediakan informasi dalam bentuk aplikasi seperti QLUE dan SMS keluhan kepada Gubernur. Selain itu, tersedia juga portal Jakarta Smart City, transparan Budgeting System serta data terbuka yang bisa dimanfaatkan oleh banyak orang. Pemerintah menyediakan API untuk para developer dalam membuat aplikasi guna meningkatkan pelayanan publik.
Setelah Setiaji menjelaskan mengenai smart city di Jakarta, pembicara selanjutnya adalah Sofian Hadiwijaya yang menjelasakan mengenai Internet of Things (IoT) untuk smart city. Sofyan menjelaskan bahwa IoT secara sederhananya adalah benda yang bisa menjadi lebih pintar. Menurut Sofian, istilah IoT bisa terbilang baru karena dulunya hal seperti ini disebut machine-to-machine (M2M).
Sofian menjelaskan bahwa di tahun 2020, akan ada sekitar 200 miliar benda pintar yang terhubung. Sehingga dapat dihitung sekitar 26 benda pintar yang dimiliki per orangnya. Menurut data, sekitar 40,2 % IoT akan banyak digunakan di industri manufaktur, 30,3% IoT untuk kesehatan, 8,3 % untuk ritel, 7,7 % untuk keamanan, dan 4,1 % untuk transportasi.
Menurut Sofian, Internet of Things dapat menjadi solusi baru yang dapat diterapkan untuk kota Jakarta. Sebagai contoh, dengan IoT lampu kota dapat menjadi lebih pintar dalam memberikan penerangan atau memberitahu kapan lampu akan mati. Selain itu, contoh lain yang dapat diterapkan adalah lampu merah yang diatur menggunakan sensor, sehingga lamanya lampu merah berganti ke lampu hijau dengan melakukan perhitungan panjang antrian dari mobil. Hal ini akan lebih membuat efisien dalam antrian lampu merah.
Berbicara IoT, Sofian menjelaskan hal yang akan terjadi ke depannya adalah permasalahan mengenai konektivitas, lambatnya koneksi, dan daya baterai. Terkait permasalah ini Sofian mengatakan bahwa ke depannya konektivitas yang akan dipakai IoT adalah 6loWPAN yang menggunakan daya baterai yang sangat rendah tetapi dengan kecepatan tinggi sekitar 250 Kbs dan dengan jarak 800 meter.
6loWPAN merupakan kepanjangan dari IPv6 over Low power Wireless Personal Area Network. Teknologi ini berbasiskan IPv6 yang merupakan metode pengalamatan IP terbaru di Internet. Sofian mengatakan 6loWPAN sangat cocok untuk teknologi IoT kedepannya karena penggunaan IPv4 yang ketersediaannya kian habis, akan digantikan dengan teknologi IPv6.
*Disclosure : TeknoJurnal merupakan salah satu media partner TechnoFair 2016
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…