[kredit foto: shutterstock]
Karena saya bekerja di dunia teknologi dan dengan pengembang aplikasi, saya sering ditanya “Jadi, apa the next big thing?”. Sebagai seseorang yang penuh imajinasi, saya sering memikirkan pertanyaan tersebut dan saya punya pemikiran personal saya sendiri untuk jawabannya. Jawaban saya untuk the next big thing adalah “World 2.0”.
World 2.0 adalah istilah buatan saya sendiri, dipinjam dari istilah “Web 2.0” ketika web begeser dari medium penerbitan ke medium interaktif. World 2.0 juga terkait dengan apa yang Intel sebut dengan “Internet of Things” namun saya menggunakan istilah World 2.0 karena seperti dengan Web 2.0, ini menandakan pergeseran yang fundamental.
Bagi saya World 2.0 adalah pergeseran ke dunia fisik yang dapat diprogram dan interaktif mirip dengan dunia virtual dan juga sebaliknya. Sebagai contoh, di dunia virtual kita dapat memprogram semua aspek dari dunia tersebut dan bagaimana dunia tersebut berperilaku serta berinteraksi dengan karakter virtual.
Dalam video game misalnya sangat jarang kita melihat sebuah karakter mengeluarkan kunci dari kantongnya untuk membuka pintu atau mencari saklar untuk menyalakan lampu. Itu karena hal-hal tersebut dapat diprogram untuk terjadi seperti yang pengembang aplikasi inginkan berbasis pada peraturan-peraturan dan alur cerita yang dikontrol dalam kode aplikasi.
Kita akan segera bergerak ke dunia nyata yang dapat diprogram dengan cara yang sama tersebut. Dan ini jauh melampui lampu pintar dan pintu. Itu hanya contoh-contoh sederhana yang akan segera berubah secara pervasif.
World 2.0 Bab 1: DIY Internet of Things
Banyak yang sudah terjadi baru-baru ini yang dapat membuat hal ini terjadi, lebih dari yang kita pikirkan sebelumnya. Otomatisasi rumah dan sistem kontrol sudah ada sejak lama. Kita dapat memprogram lampu dan pintu namun dengan harga yang mahal dan tidak begitu cerdas. Namun, sebuah pergeseran terjadi, tidak seperti pergeseran pada 6-7 tahun lalu yang menggeser dunia mobile.
Pergeseran ini berkaitan dengan internet pervasif, komputasi mobile, komputasi awan, sensor murah, microcontroller, dan printer 3D. Apa yang kita lihat saat ini adalah hampir semua perangkat pintar dapat kita bayangkan, kemudian dibuat prototype-nya secara cepat dengan sensor pintar, saling berhubungan melalui cloud, dan disajikan ke pasar oleh hampir siapa saja.
[kredit foto: shutterstock]
Coba pergi ke toko hobi dan lihat apa yang dapat kamu beli dan dihubungkan satu sama lain untuk membuat sesuatu yang dapat melihat kamu, koneksikan ke internet, dan dikontrol melalui ponsel pintar kamu. Kamu memiliki akses ke sensor cahaya, sensor infra merah, kamera video, sensor NFC, konektor USB yang dapat dikoneksikan ke servo atau motor yang semuanya dikontrol oleh microcontroller murah. Kamu dapat membuat model sebuah perangkat fisik menggunakan perangkat lunak gratis melalui web dan kemudian memprintkannya, dan menginterasikannya lagi dan lagi sejalan dengan waktu.
Saat ini kita akan memasuki era baru. Kita menghabiskan waktu 20 tahun terakhir ini dengan di mana seseorang yang memiliki sebuah PC dan kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang keren dapat membuat sebuah aplikasi web atau aplikasi untuk ponsel pintar kita. Sekarang kita dapat mulai memprogram dunia fisik secara sama mudahnya dengan proyek rumahan atau teknikal do-it-yourself (DIY). Aksesibilitas dan ekstensibilitasnya sama dengan web, namun dengan potensi monetasi yang sama atau jauh lebih besar daripada dunia web atau aplikasi.
Kita sekarang sudah mulai mendengar teknologi smart wearable mulai dari gelang, jam, hingga kaca mata. Dengan semakin pintarnya barang-barang yang kita pakai, ada banyak peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pengembang yang inventif. Tapi, itu berpikir secara kecil.
Mari kita lihat ke hal yang lebih tidak seksi namun memiliki peluang yang besar. Sebagai contoh, bayangkan membuat sebuah cara yang lebih baik untuk masuk ke sebuah rumah atau apartemen di mana ponsel atau jam tangan kita terhubung dengan pintu masuk. Seberapa banyak pintu masuk yang harus diganti dan diperbaharui? Itu adalah potensi yang besar di satu area kecil Internet of Things.
[kredit foto: shutterstock]
Untuk lebih jauh mengilustrasikan, mari kita coba ide yang buruk; sikat gigi pintar. Kita dapat memasang microcontroller dengan WiFi pada bagian dasar sebuah sikat gigi, lalu hubungkan dengan sensor gerak dan infra merah di bagian atas sikat gigi. Sikat giginya akan dapat mengumpulkan data dan mengirimkanya ke sebuah aplikasi atau server web.
Dengan sebuah perangkat lunak pintar, kita dapat menganalisa seberapa bagus kita menyikat gigi, area gigi mana yang luput disikat, apa kebiasaan buruk dan baik yang kita miliki, hingga memberikan sinyal ke ponsel kita jika sikat giginya hilang. Data tersebut dapat memberikan info ke kita, dokter kita, atau perusahaan asuransi untuk memperbaiki perawatan gigi kita. Itu semua dapat terjadi dan dapat dibuat oleh hampir semua orang dengan sedikit latihan dan dibuat prototype-nya menggunakan printer 3D.
Sebuah sikat gigi pintar terlihat lucu, namun ada banyak peluang lainnya untuk membuat sesuatu yang lebih baru dan lebih pintar yang dapat kita interaksikan. Banyak yang dapat dipatenkan, dilisensikan, dan dimonetasikan dengan menggunakan sedikit kecerdasan pribadi. Dengan standar di WiFi, NFC, USB, layanan REST, dan microcontroller kita memiliki sebuah infrastruktur untuk membuat dan mengkoneksikan banyak hal yang tidak mungkin sebelumnya. Kemungkinan untuk memiliki banyak benda-benda pintar yang saling terhubung membawa kita ke era berikutnya di World 2.0.
World 2.0 Bab 2: Pengindraan yang Ada di Mana-Mana
[kredit foto: shutterstock]
Fase berikutnya di luar benda pintar DIY adalah membuat Internet of Things semakin sadar tentang kita sehingga kita dapat dengan mudah mengontrol dunia tanpa harus melakukan apapun lebih dari melambaikan tangan kita atau menganggukkan kepala kita. Di Intel, ini disebut dengan Perceptual Computing.
Namun jika kita melihat teknologi-teknologi yang ada saat ini (Kinect, Leap Motion, atau Intel Perceptual Computing) mereka memerlukan sebuah komputer dan kamera atau sensor yang melihat kita dari titik yang tetap tanpa bergerak. Sebuah kamera yang tidak bergerak sudah bagus untuk saat ini, namun seperti pada halnya PDA untuk ponsel pintar, itu adalah jembatan yang diperlukan untuk sesuatu yang lebih canggih.
Mari kita sedikit berjalan ke belakang. Jika kita mengerti Perceptual Computing (singkatnya PerC), kita dapat memahami bagaimana DIY Internet of Things membuat kita untuk sepenuhnya menyadari hal itu. PerC adalah tentang membuat sistem komputer kita lebih sadar tentang kita, sedang berada di mana kita, dan apa yang sedang kita lakukan agar sistem komputasi dapat menginterpretasikan pergerakan kita, pembicaraan kita, dan perilaku kita untuk memahami apa yang kita perlukan dari sistem tersebut, seperti halnya yang manusia lakukan.
Dalam kata lain, dunia di sekitar kita perlu untuk mengerti kita. Dunia, atau setidaknya ruang yang kita lakukan komputasi, memerlukan sistem saraf untuk melihat, mendengar, dan memproses kita. Jika kamu pernah menonton “Star Trek the Next Generation”, kita melihat komputernya dapat selalu merasakan para awak pesawat yang membuat mereka dapat mengaktifkan dan mengakses banyak hal melalui suara atau kedekatan. Penginderaannya ada di mana-mana yang membuat komputer interaktif dapat terasa berada di mana-mana.
Intel saat ini sedang mulai memecahkan masalah sensor PerC yang tadinya harus tidak bergerak dengan cara meintegrasikan kameranya di Ultrabook dan komputer 2in1 pada tahun 2014 ini. Namun, keadaan yang berada di mana-mana ini memerlukan badan, tangan, kepala, dan suara kita dirasakan ketika kita sedang bergerak.
Diingat-ingat kembali ke fase DIY kita akan memiliki dunia di mana pintu, wearable, bohlam lampu, mobil, perkakas, alas meja, TV, dan juga kemungkinan sikat gigi akan memiliki sensor dan semacam interkonektifitas. Sudah dijelaskan sebelumnya tentang bagaimana benda-benda yang di sekitar kita memiliki kemampuan untuk merasakan kita secara independen.
Sekarang jika kita agregasikan data dari wearable dan benda-benda pintar di sekitar kita, lalu diproses secara real time, kita akan memiliki kemampuan untuk secara akurat merasakan kita di sebuah ruang, pada hampir posisi apa saja dan dalam konteks tentang apa yang sedang kita lakukan, di hampir setiap tempat yang kita komputasikan.
Ini adalah pengindraan yang ada di mana-mana. Mengesampingkan soal keamanan, ini menghadirkan era baru di mana hal-hal yang biasanya hanya kita lihat di film fiksi ilmiah menjadi nyata. Ketika Tony Stark memiliki masalah untuk diselesaikan, dia menginteraksikannya dengan hologram komputer. Tangannya, badannya, kepalanya, dan suaranya dirasakan dan diproses sehingga dia cukup berbicara, melambaikan tangannya, dan menggenggam objek virtual di sebuah ruang.
Kebebasan untuk berinteraksi dengan sebuah sistem virtual seperti halnya ketika dengan barang fisik nyata, adalah apa yang menjadi mungkin saat ini. Ketika film-film fokus ke manipulasi objek virtual, jika kita mengkoneksikan Internet of Things kita, kesemua hal tersebut dapat dikontrol dalam sebuah konser. Warna dinding ruang kita, pola pada karpet kita, hingga cahaya yang masuk melalui jendela kita dapat diubah atau diset secara mudah dengan hanya berbicara atau melambaikan tangan kita.
Pada titik ini, garis antara dunia virtual dan nyata menjadi buram. Ini adalah World 2.0 di mana kita dapat mengontrol objek virtual seperti halnya mereka nyata dan kita dapat memprogram serta mengontrol objek fisik seperti halnya mereka virtual.
Kembangkan & Ciptakan Masa Depan Kita
Ada dunia besar yang dapat kita program, jadikan pintar dan terkoneksi. Peluangnya sangat besar. Dan, seperti kita yang tidak dapat memprediksikan kapabilitas dan pengalaman yang dibawa ke web atau ponsel pintar dan tablet kita, kita tidak dapat dengan mudah memprediksikan hal apa yang dapat dihasilkan oleh otak cerdas para pengembang.
Saran saya untuk para pengembang untuk “apa selanjutnya”; pelajari tentang microcontroller, sensor, pemrosesan awan, enkripsi/proteksi data, dan pencetakan 3D lalu mulai ciptakan masa depan. Ini akan menjadi luar biasa.
* Artikel ini adalah hasil sindikasi konten dengan Intel Developer Zone dan ditulis oleh Bob Duffy dari Intel. Artikel asli bisa dilihat di link ini.