Membuat aplikasi bagi programmer tentu bukanlah hal yang rumit. Namun, bagaimana dengan mereka yang bukan programmer tapi ingin membuat sebuah aplikasi? Tentu ini akan menjadi sebuah tantangan bagi mereka.
Hal seperti itu muncul di sebuah universitas di Yogyakarta. Aulia Faqih, seorang dosen di UIN Sunan Kalijaga yang sudah cukup lama di dunia ajar mengajar, diberi tantangan untuk mengajarkan pengembangan aplikasi ke mahasiswa jurusan Kimia di universitas tersebut.
Para mahasiswa jurusan Kimia tersebut ingin diajarkan pemrograman karena mereka adalah para calon guru dan menjadi seorang guru harus dapat mengikuti perkembangan teknologi termasuk salah satunya adalah pembuatan aplikasi Android.
Mengajarkan pengembangan aplikasi ke mahasiswa yang bukan di jurusan teknologi informasi tentu bukanlah hal yang mudah. Mereka terlebih dahulu harus diajarkan basis-basis pemrograman sebelum masuk ke tahap pengkodingan aplikasi.
Tantangan lainnya dalam melatih mahasiswa-mahasiswa ini adalah mereka tidak memiliki waktu untuk belajar pemrograman di kampus sebanyak mahasiswa yang memang jurusannya di teknologi informasi.
Melihat tantangan ini, Aulia mencari-cari solusi agar mahasiswa tersebut dapat belajar pemrograman dengan lebih mudah dalam waktu yang pendek. Salah satu solusi yang ia dapatkan adalah dengan menggunakan alat pengembangan aplikasi Intel XDK yang disediakan secara gratis oleh Intel.
Dibandingkan dengan alat pengembangan aplikasi lain, dengan Intel XDK membuat aplikasi Android menjadi lebih mudah terutama bagi mereka yang awalnya sama sekali tidak paham tentang pemrograman.
Sebelum benar-benar masuk ke tahap teknis pembuatan aplikasi, Aulia mengajari mereka terlebih dahulu tentang dasar-dasar teknologi informasi, metode pembuatan aplikasi, UI/UX design, hingga tentang pengetesan serta penggunaan Intel XDK.
Aulia mengatakan proses ini benar tidak mudah karena para mahasiswanya masih baru tentang hal-hal tersebut. Ini bisa diibaratkan misalnya seorang software engineer masuk ke lab kimia dan dia sama sekali tidak tahu apa kegunaan alat dan bahan yang ada di lab. Ini sama ketika mahasiswa pendidikan kimia membuka aplikasi Intel XDK mereka sama sekali tidah paham apa saja yang tersaji dalam layar yang mereka hadapi.
Namun, dengan bantuan Aulia dan Intel XDK, perlahan-lahan para mahasiswa tersebut akhirnya dapat membuat aplikasi Android. Ini karena di Intel XDK, koding pemrograman bisa diminimalisir dengan menggunakan fitur app designer. Ditambah lagi karena aplikasi mereka bentuknya seperti semacam modul maka tidak dibutuhkan ilmu koding yang tinggi.
Sekarang, akhirnya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, Aulia telah berhasil mengajari cara membuat aplikasi ke para mahasiswa tersebut. Sudah ada 45 aplikasi yang telah dibuat dan sekitar 30 di antaranya sudah dirilis di Google Play melalui Dicoding Store.
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…