Negara kita Indonesia termasuk dalam 5 besar negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di Asia. Diantara begitu banyaknya pengguna Internet di Indonesia, ada yang mengakses melalui jaringan kabel telepon, dan ada juga yang mengakses melalui jaringan nirkabel (GPRS, 3G dan lain lain). Sayangnya jika kita perhatikan, kualitas layanan 3G masih belum bagus dan juga kuantitasnya masih belum besar. Seringkali dikatakan jika infrastruktur kita belum siap dan belum merata. Kebanyakan operator hanya memfokuskan pengembangan infrastruktur di kota besar saja.
Jika kita cermati, permintaan dan kebutuhan masyarakat kita cukup besar terhadap layanan broadband. Begitu pula dengan pasar aplikasi lokal Indonesia yang sudah mendukung dan menurut saya berkembang lebih maju daripada layanan broadband itu sendiri. Sayangnya faktor tersebut belum bisa menstimulasikan pembangunan infrastruktur layanan 3G secara merata dan komplit.
Sebagai perbandingan, pada tahun ini (2011) di Cina, layanan 3G diprediksi digunakan oleh sekitar 150 juta orang, setelah tiga tahun lalu layanan ini dikomersialisasikan. Pada Oktober 2010, layanan 3G digunakan oleh 38,64 juta orang. Sebuah perkembangan yang cukup besar untuk sebuah layanan 3G. Dan kenyataanya Indonesia memang masih memiliki pekerjaan rumah untuk hal ini.
Peran operator menjadi penting untuk meningkatkan penetrasi layanan 3G, antara lain dengan mengubah base transceiver station (BTS) berteknologi 2G menjadi 3G. Bukan sesuatu yang kecil jika dilihat dari besaran belanja modal yang harus dikeluarkan operator. Biasanya operator akan lebih memilih pusat kota dibandingkan dengan daerah pinggiran kota dalam prioritas “upgrade” BTS ini. Tentunya kesemua ini dilakukan untuk bisa mendapatkan keuntungan untuk menutupi belanja modal infrastruktur mereka.
Sebagai contoh, adalah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) yang notabene merupakan operator terbesar di Indonesia. Saat ini mereka memiliki kurang lebih 40 ribu BTS di seluruh wilayah Indonesia. Tetapi mereka baru hanya bisa mencakup kurang lebih 50 kota di seluruh Indonesia.
Memang agak sulit bagi operator untuk mulai mengembangkan infrastruktur jaringan 3G mereka. Pasar layanan 3G memang terhitung masih rendah, walupun permintaan cukup besar. Pasar layanan broadband masih berada dikisaran 35% terhadap penetrasi seluler di Indonesia. Hal ini masih dikarenakan banyak orang yang ingin menikmati layanan broadband tetapi masih belum terjangkaunya harga perangkatnya, handset smartphone maupun tablet. Biasanya smartphone atupun handphone ekonomis yang beredar di sini, masih sedikit yang mendukung layanan 3G.
Walupun terkendala banyak faktor, nampaknya para operator di Indonesia tetap optimis dengan perkembangan pasar 3G di tahun depan. Oleh karena itu operator seperti Telkomsel menargetkan mempunyai 10.300 BTS 3G dari total 42 ribu unit BTS di tahun ini. Begitu juga dengan XL, di tahun ini mereka merencanakan membangun 1.500 BTS 3G. Dan untuk mengatasi kurangnya jumlah handset 3G yang beredar, operator seperti Telkomsel nampaknya sudah berinisiatif memproduksi dan memasarkan handset 3G sendiri.
Tidak hanya operator saja nampaknya, pemerintah pun juga turut ambil tindakan dengan menjalankan program Desa Pintar dan Desa Berdering pada 3.000 desa/kecamatan. Dan katanya mereka mengharapkan di tahun 2012 nanti, semua desa dan kecamatan sudah memiliki layanan telekomunikasi yang memadai sehingga nantinya internet / layanan 3G bisa menggapai daerah tersebut. Semoga saja…
Harapan saya, semoga saja di tahun mendatang harga handset 3G akan semakin murah sehingga bisa menjangkau pengguna lebih luas, begitu juga dengan harga tablet semoga bisa semakin terjangkau. Jika kita sudah bisa memperbaiki dan meratakan pembangunan infrastruktur layanan 3G maka bisa saja hal ini bakal memicu pertumbuhan dari pasar aplikasi lokal di Indonesia. Negara lain yang notabene memiliki jumlah pengguna Internet yang tidak lebih banyak dari Indonesia sudah mulai akan bisa menikmati layanan 4G. Semoga kita bisa mengejar mereka…