Kebijakan moratorium layanan pesan singkat (SMS) premium yang berlaku sejak 18 Oktober 2011 nampaknya mulai memberi pengaruh yang cukup besar bagi operator telekomunikasi. Tercatat penurunan pendapatan Value Added Service (VAS) operator telekomunikasi turun dari kisaran 50% – 90% di kuartal IV 2011.
Untuk PT XL Axiata Tbk yang kontribusi VAS terhadap pendapatan perusahaan sebesar 17%, mereka mengalami penurunan yang sangat tajam dari layanan VAS mereka. Nilai penurunannya ada di kisaran 90% di kuartal ke IV. Sementara PT Indosat Tbk juga memiliki memprediksi nilai penurunan sebesar 50% dari pendapatan layanan VAS.
Moratorium layanan SMS premium sendiri mengakibatkan operator melakukan reset ulang layanan-layanan tersebut, sehingga data semua pelanggan layanan VAS hilang dan bisnis VAS harus kembali dimulai dari awal. Faktor inilah yang cukup memberi kontribusi besar dari turunnya pendapatan VAS operator telekomunikasi. Selain itu tingkat kepercayaan masyarakat terhadap VAS yang di tawarkan operator telkomunikasi semakin rendah. Operator harus membangun kembali kepercayaan para konsumen serta mengedukasi mereka mengenai VAS sebagai layanan tambahan yang transparan dan terpercaya sebelum mereka kembali berpromosi mengenai VAS mereka.
Di industri telekomunikasi seluler, layanan VAS menyumbang sebesar 7% dari keseluruhan total pendapatan industri ini di Indonesia. Dari nilai yang 7% itu, setengahnya merupakan bagian keuntungan bagi perusahaan konten dan juga mitra/reseller dari operator. Dan nilai yang setengah dari 7% itu diperebutkan oleh sekitar 205 perusahaan konten yang terdaftar di Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) serta 400-an perusahaan penyedia layanan SMS Premium. Bisa kita bayangkan jika pendapatan dari operator telekomunikasi sendiri menurun drastis di sektor VAS, bagaimana dengan para penyedia konten dan penyedia SMS premium? Pastinya pendapatan mereka pun akan cukup terpengaruhi.
Efek seperti ini memang tidak akan berlangsung dalam waktu lama. Karena konsumen sendiri sebenarnya perlu dengan VAS dari operator telekomunikasi. Hanya saja tingkat kepercayaan mereka sedang di titik terendah saat ini. Saat mereka sudah mulai percaya dan lupa akan isu ini, maka saya rasa penggunaan VAS akan kembali meningkat.
Konsumen sendiri saat ini sudah memiliki yang namanya budget untuk penggunaan layanan VAS. Hanya saja mereka tidak mau membelanjakannya dikarenakan isu dari pencurian pulsa lewat layanan layanan SMS premium dan VAS. Nah di sinilah sebenarnya timbul peluang baru di industri telekomunikasi seluler. Operator pastinya juga akan mulai mencari alternatif lainnya seperti peningkatan layanan data, toko aplikasi, hingga bundling aplikasi secara langsung bersamaan dengan penjualan SIM card mereka. Usaha-usaha seperti ini diharapkan dapat membuat konsumen membelanjakan budget untuk VAS mereka yang cukup “terbengkalai”.