Perkembangan & Perubahan Pelanggan Selular di Indonesia


Pastinya anda sering melihat banyaknya penjaja kartu SIM card di Indonesia. Mulai di kereta, stasiun, terminal, hingga pusat perbelanjaan. Hal yang yang sangat wajar jika kita melihat kenyataan yang ternyata telah timbul tanda-tanda kejenuhan dari pelanggan layanan operator jika dilihat dari jumlah waktu berbicara di ponsel dan juga jumlah pelanggan.

Sebagai contoh nyata bisa kita lihat dari kasus PT XL Axiata, yang menurut informasi berada di peringkat ketiga untuk urusan jumlah pelanggan di Indonesia.

Menurut Ongki Kurniawan (senior vice president yang bertanggung jawab atas manajemen pelayanan), keuntungan dari PT XL Axiata untuk layanan panggilan suara menurun sejak awal tahun ini (2011).Walaupun tidak didapatkan detil jumlah penurunannya tapi bisa kita simpulkan bahwa mulai adanya kejenuhan untuk menggunakan layanan suara dari pengguna ponsel. Beberapa perusahaan seluler juga berpendapat bahwa era dari mendapatkan pelanggan baru melalui layanan tradisional seperti layanan suara akan sampai di titik jenuh setelah penetrasi pelanggan mencapai 80%.

Titik jenuh ini menyebabkan para operator mulai menjauhi kompetisi untuk mendapatkan pelanggan baru. Mereka lebih fokus bersaing soal bagaimana meningkatkan keuntungan yang di dapat dari tiap pengguna yang mereka miliki. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki pasar pelanggan selular terbesar di dunia. Tetapi walaupun begitu ternyata membanjirnya jumlah ponsel yang masuk (mendekati 200 juta di 2011) mempengaruhi pendapatan per pengguna. Pendapatan per pengguna saat ini berada dibawah $5, turun dari pendapatan per pengguna tahun lalu yang mencapai $7.

Nah kalau begitu kenapa penetrasi handphone saat ini mengurangi keuntungan per pengguna si operator? Handphone yang masuk saat ini kebanyakan merupakan ponsel smartphone, yang notabene memiliki banyak aplikasi yang mengkonsumsi layanan “data” daripada layanan suara. Pembayaran untuk pembelian aplikasi pun biasanya menggunakan kartu kredit. Sedangkan layanan suara dan text (SMS) merupakan penghasilan terbesar dibandingkan dengan data.

Oleh karena itu untuk bisa terus berkompetisi dan meningkatkan keuntungan, operator telekomunikasi saat ini mulai fokus kepengembangan value added service (VAS). Biasanya VAS yang ditawarkan dibarengi juga dengan promo layanan data. Karena menurut beberapa analis, masyarakat Indonesia mulai menyukai layanan data dan promo-promo yang ditawarkan. Perusahaan telekomunikasi seperti XL pun mulai memperluas investasi mereka di bidang layanan data seperti 3G dan lain lainnya.

VAS sendiri bukan hal yang baru, tetapi boleh dibilang VAS saat ini sedang digiatkan dan menjadi salah satu mesin uang baru bagi para operator. Operator tidak lagi perang harga, perbedaan harga tidaklah menjadi sesuatu yang di nomor wahidkan. Tetapi layanan “baru” seperti aplikasi, games, dan layanan SMS premium yang unik, adalah hal yang menjadi rebutan.