Dulu, saya kuliah di sebuah tempat perkuliahan di Depok, CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia (CCIT FTUI). Nama tempat kuliah tersebut mungkin terdengar agak aneh bagi sebagian orang, secara sederhana CCIT FTUI tersebut adalah “anak” dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang fokus di pemrograman aplikasi. Di tempat perkuliahan tersebut lah saya pertama kali bertemu dengan Ikhlas Risandy.
Di CCIT FTUI ketika jaman saya, tiap akhir semester selalu diadakan proyek membuat aplikasi sekreatif-kreatif mungkin oleh pihak kampus sebagai ujian akhir semester. Di proyek membuat aplikasi ini, sudah mulai kelihatan kegemaran Ikhlas Risandy di dunia game. Dia termasuk salah satu mahasiswa yang kreatif dalam membuat proyek aplikasi saat itu. Salah satu hasil kreasi dia dan tim dia seingat saya adalah arcade fighting game ala Street Fighter.
Kegemaran dia di dunia game akhirnya membawa dia beserta beberapa temannya untuk serius membangun studio game baru setelah lulus kuliah, Studio Independent.
Timeline
2009: Studio Independent terbentuk dengan tim 8 orang dan merupakan studio desain interior
Agustus 2010: Studio Independent pecah dan masuk ke masa vakum, hanya tersisa Ikhlas Risandy di tim Studio Independent.
November 2011: Studio Independent aktif kembali dan beranggotakan 3 orang
Desember 2011: Mulai membuat game pertama, Michi Michi Panic, dibantu Wisnu Sanjaya. Studio Independent juga masuk ke masa kesulitan keuangan.
April 2012: Game pertama Studio Independent, Michi Michi Panic, dirilis
Juni 2012: Tim Studio Independent mulai mengerjakan proyek untuk pendanaan operasional perusahaan
Januari 2013: Wisnu resmi bergabung dengan Studio Independent
Maret 2013: Game kedua Studio Independent, Sky Burner, dirilis
Awalnya, Studio Independent sebetulnya bukan studio game melainkan studio desain interior buatan rekan-rekan Ikhlas. Pengembangan game pun awalnya di Studio Independent cuma sebagai hobi dulu. Namun, setelah beberapa waktu berjalan tim original Studio Independent pecah dikarenakan beberapa konflik internal. Pecahnya tim dikarenakan konflik internal bukanlah kasus yang jarang ditemui karena hal seperti ini ternyata cukup umum ditemui bahkan di perusahaan besar sekalipun.
Setelah perpecahan tim Studio Independent, hanya tersisa Ikhlas sendiri di tim tersebut dan Studio Independent pun akhirnya memasuki masa vakum. Tentu saja dalam masa vakum tersebut Ikhlas tidak dapat bergantung di Studio Independent secara sendirian sehingga akhirnya ia menjalani apa yang biasanya dijalani oleh pengusaha muda lainnya ketika usahanya dalam tahap vakum, bekerja di perusahaan lain untuk sementara.
Ikhlas mulai beralih menjadi pengembang game di studio game lain. Atas saran temannya, ia awalnya berlabuh di Altermyth, sebuah perusahaan studio game ternama di Jakarta. Setelah beberapa waktu di Altermyth, Ikhlas berlabuh lagi di perusahaan lain yaitu Be Solution dan terakhir ke Tempa Labs.
Di perusahaan-perusahaan tersebut selain bertujuan untuk mendapatkan penghasilan, Ikhlas juga mencari pengalaman di dunia pengembangan game untuk bekal dia ketika nantinya sudah siap untuk fokus membangun studio game sendiri.
Pada akhir November 2011, berbekal pengalaman bekerja di studio-studio game dan komitmen yang kuat untuk membangun studio game sendiri, Ikhlas mulai mencari tim untuk dapat bersama-sama membangun studio game baru.
Awal mula mencari tim tidaklah mudah, Ikhlas harus bekerja keras untuk mencari anggota tim yang sevisi dan semisi serta yang tidak kalah penting adalah yang mau untuk bekerja sama dalam membangun studio game baru dan menerima resiko-resikonya. Sebelum ketemu tim yang sekarang, para eks anggota Studio Independent sempat diajak oleh Ikhlas namun gagal untuk bekerja sama lebih lanjut.
Setelah berusah payah mencari anggota tim untuk studio game-nya, Ikhlas akhirnya mendapatkan orang pertama untuk bergabung, Anggi Prayoga. Setelah Anggi bergabung, Ikhlas berhasil menggaet 2 orang lagi untuk bergabung dengan timnya: Atma Prodjosudjadi (Adi) dan Wisnu Sanjaya.
Awalnya, Anggi dan Adi tidak memiliki banyak pengalaman di dunia pengembangan game. Anggi dulunya adalah seorang asisten koki sedangkan Adi kuliah di jurusan perpajakan. Namun, baik Anggi dan Adi memiliki minat yang besar terhadap dunia pengembangan game sehingga akhirnya Ikhlas mengajak mereka untuk bersama-sama belajar mendalami dunia pengembangan game.
Berbekal komitmen yang kuat untuk mempelajari ilmu-ilmu pengembangan game, dalam waktu yang tidak lama Anggi dan Adi berhasil memahami cara pembuatan game. Anggi sendiri akhirnya membuat game untuk tugas akhir di tempat perkuliahannya dan menspesialisasikan dirinya sebagai programmer sedangkan Adi menspesialisasikan dirinya sebagai game artist.
Untuk Wisnu, sebelum bergabung dengan tim Ikhlas ia bekerja di studio game Altermyth sebagai game producer dan game artist. Setelah bergabung dengan tim Ikhlas, Wisnu berkolaborasi secara intens dengan Adi sebagai sesama game artist dan memberikan banyak masukan ke Ikhlas dalam hal pengembangan game.
Ketiga orang ini bersama dengan Ikhlas akan bersama-sama berjuang dalam membangun studio game mereka hingga saat ini dan ke depannya.
Setelah Ikhlas berhasil menggaet anggota-anggota baru timnya, didiskusikanlah apa nama dari studio game-nya. Namun berhubung nama-nama baru yang ingin digunakan dirasa tidak cocok maka mereka akhirnya memutuskan untuk menggunakan nama Studio Independent lagi dan kali ini fokus sebagai studio game. Mereka pun berimpian melalui Studio Independent ini, mereka ingin membuat game-game semacam RPG 3 dimensi buatan Jepang.
Tim Studio Independent di awal-awal kantor pertama, bekerja secara sederhana tanpa meja dan kursi
Perjalanan tim Studio Independent dalam mengembangkan studio game mereka tidak selalu mudah, banyak rintangan yang mereka hadapi terutama di masa-masa awal Studio Independent sebagai studio game. Salah satu contohnya adalah soal kantor. Sebelum memiliki kantor mereka berpindah-pindah dari kantin kampus, rumah, cafe, dan bahkan hingga ke perpustakaan.
Salah satu cobaan paling berat yang biasa dialami oleh perusahaan muda adalah soal keterbatasan dana dan Studio Independent pun tidak luput dari masalah ini. Pernah mereka tidak ada uang di perusahaan mereka selama 6 bulan yang menyebabkan seluruh anggota tim Studio Independent tidak digaji. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk membangun Studio Independent.
Di masa-masa kritis soal keuangan perusahaan mereka ini, masing-masing anggota tim Studio Independent dengan suka rela memanfaatkan tabungan pribadi untuk kelangsungan hidup perusahaan dan hidup mereka masing-masing. Kondisi ini tentu tidak bisa berlama-lama oleh karena itu mereka akhirnya membuka diri untuk mendapatkan uang dari pengerjaan proyek perusahaan lain. Penghasilan dari pengerjaan proyek akhirnya cukup membantu mereka dalam operasional perusahaan.
Mungkin soal restu orang tua sekilas terlihat sepele namun sebetulnya ini dapat menjadi pengaruh yang besar bagi pengusaha-pengusaha muda seperti tim Studio Independent dalam kelangsungan hidup perusahaannya. Banyak pendiri perusahaan (terutama yang masih muda) yang saya tahu yang akhirnya mundur dari perusahaan yang dibangunnya karena tidak mendapat restu dari orang tua atau mendapat banyak tekanan dari orang tua.
Di Studio Independent, awalnya tidak semua orang tua masing-masing anggota tim mereka merestui aktifitas mereka dalam mengembangkan Studio Independent. Ikhlas sendiri pernah sempat berbicara dengan orang tuanya Adi untuk memberikan penjelasan tentang aktifitas di Studio Independent. Salah satu anggota tim mereka bahkan dengan berat hati terpaksa tidak memberitahukan orang tuanya kalau dia bekerja di Studio Independent.
Sejalan dengan waktu, akhirnya orang tua dari kebanyakan anggota tim Studio Independent merestui dan mendukung aktifitas mereka dalam mengembangkan Studio Independent. Walaupun banyak rintangan yang dihadapi, masing-masing anggota tim Studio Independent tetap profesional dan berkomitmen tinggi dalam membangun Studio Independent.
Studio Independent sejak awal memang ingin memfokuskan diri untuk membuat produk-produk game berkualitas dan mendapatkan uang dari sana. Namun seperti kebanyakan perusahaan-perusahaan studio game muda, agar operasional perusahaan tetap lancar mereka membuka diri juga untuk membuat proyek-proyek aplikasi yang berupa game, website dan aplikasi mobile. Hal ini memang harus dilakukan karena membuat produk membutuhkan “nafas” yang cukup panjang sebelum akhirnya dapat menggantungkan pemasukan keuangan perusahaan dari produk.
Platform pilihan Studio Independent untuk mengembangkan produk game-nya hingga saat ini adalah Nokia S40. Hal ini karena dari awal memang mereka membuat game untuk di platform Nokia S40 dan pasar Nokia S40 juga ternyata masih besar. Saat ini mereka sudah berhasil membuat 2 produk game, Michi Michi Panic dan Sky Burner.
Setelah beberapa waktu, akhirnya Studio Independent berhasil merilis produk game pertama mereka yang ditujukan untuk platform Nokia S40, Michi Michi Panic. Game Michi Michi Panic ini mengharuskan si pemainnya untuk membantu dua karakter utama yang bernama Miaa dan Chika untuk menemukan jalan keluar dalam sebuah perjalanannnya di festival makanan dan mengumpulkan item-item makanan di tiap levelnya. Hanya saja perjalanan mereka tidaklah mudah, karena mereka harus memecahkan teka teki untuk melanjutkan perjalanan mereka hingga menemukan pintu keluar dari festival tersebut.
Pemain game ini ditantang untuk bisa menuju ke pintu keluar dengan cara yang agak unik. Kedua karakter dalam game ini akan bergerak berlawanan arah. Untuk menuju ke tempat berikutnya Miaa dan Chika harus bisa bergerak bersamaan dan berlawanan arah untuk mencapai portal masing masing yang sesuai dengan warna dari tiap karakter. Untuk mendapatkan nilai yang tinggi mereka juga harus mengumpulkan item item makanan yang ada di sepanjang perjalanan.
Produk game kedua buatan Studio Independent masih ditujukan untuk pengguna ponsel berbasis Nokia S40. Kali ingi game-nya mengusung genre classic arcade di mana pemain mengendalikan sebuah pesawat untuk menghancurkan musuh-musuh yang menyerang area pemain. Pemain akan melintasi berbagai macam area di game ini mulai dari laut, hutan, hingga pantai.
Tampilan grafis dua dimensi dalam game ini terlihat menarik, musik di dalam game-nya pun juga enak didengar. Dengan adanya bos-bos di dalam game ini, pemain akan menjadi semakin tertantang apalagi jika pemain berhasil menyelesaikan misi-misi maka pemain akan mendapat pesawat baru. Yang menarik lagi adalah game ini akan menggetarkan ponsel pemain ketika pesawat pemain terkena tembakan dari musuh.
Awalnya, tim Studio Independent tidak banyak menaruh harapan di game ini namun ternyata game Sky Burner menjadi game Studio Independent yang paling laris baik itu dari sisi jumlah unduhan maupun jumlah pemasukan dana.
Studio Independent bisa dibilang satu dari sedikit studio game di Indonesia yang berhasil mendulang banyak uang dari produk game yang dihasilkan. Saya sendiri pernah survei ke banyak studio game di Indonesia dan kenyataanya banyak di antara mereka yang belum berhasil menghasilkan cukup uang dari produk game mereka sehingga pindah fokus ke proyekan untuk mencari uangnya.
Walaupun Studio Independent sebenarnya juga menerima jasa proyekan, mereka tetap tidak lupa untuk mengembangkan produk mereka sendiri dan mencari cara untuk mendapatkan uang dari produk mereka.
Game Michi Michi Panic mereka hingga saat ini telah diunduh sebanyak sekitar 100.000 unduhan dan untuk game Sky Burner telah diundung sebanyak sekitar 500.000 ribu unduhan. Sejak Maret 2013 hingga saat artikel ini dirilis, Studio Independent berhasil meraup pemasukan kotor sebesar €43.000 (sekitar Rp. 569.000.000, ini belum dipotong dengan biaya layanan Tequila dan operator) dari satu game Sky Burner saja. Untuk game Michi Michi Panic sayangnya tidak berhasil menghasilkan pemasukan yang besar.
Raihan angka ini bisa dibilang cukup spektakuler untuk studio game Indonesia. Mereka berhasil mendulang banyak uang dari game mereka tidak lepas dari bantuan publisher Tequilla. Tequilla menyediakan layanan in app purchase dengan operator billing agar dapat memonetasikan game yang mereka buat. Tequilla pun juga aktif memberikan masukan kepada tim Studio Independent yang kemudian segara mereka kerjakan dengan cepat masukannya.
Kantor baru Studio Independent
Saat ini Studio Independent terus berusaha untuk mengembangkan studio game mereka. Tim mereka sekarang ini sudah beranggotakan 5 anggota tetap (dengan tambahan Muhammad Amar sebagai programmer) dan 1 orang yang berstatus magang. Mereka pun mulai membuka lowongan untuk anggota tim baru di Studio Independent baik itu yang statusya magang maupun kontrak.
Untuk soal investor, mereka hingga saat ini masih berdiri sendiri. Namun begitu di salah satu proyek yang mereka kerjakan, mereka berkolaborasi dengan pihak ketiga dan menggunakan sistem bagi hasil. Mereka sebetulnya bukan menutup diri terhadap investor namun masih mencari investor yang benar-benar satu visi dan satu misi dengan mereka.
Rencananya, mereka akan segera merilis sekuel dari game Sky Burner dalam waktu dekat. Mereka juga berencana untuk merilis game Sky Burner di Indonesia karena selama ini mereka belum merilisnya di Indonesia dikarenakan kendala teknis. Ada juga satu produk mereka yang sedang dikembangkan namun hingga saat ini statusnya masih rahasia.
Cisco mengungkapkan tiga kerentanan dalam layanannya. Ini dia penanganannya!
Ini ulasan mengenai keuntungan OptimalCloud Partner Platform, platform baru milik Optimal idM!
Google kenalkan dua koleksi baru dari Coral. Dua koleksi baru ini bakal menambah kemampuan pengembangan…
Raksasa Google baru saja mengembangkan sistem pemindaian kanker payudara berbasis kecerdasan buatan. Bagaimana hasilnya, berikut…
Meski dikenalkan bersamaan dengan Android 10 Beta, sampai kini Bubbles Notifications masih dalam tahap pengembangan.…
Samsung akan kembali memamerkan hasil program C-Lab ke ajang CES 2020. Ini dia proyek dan…